Rabu, 17 Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI DAN PAKAN TERNAK (“Organ Pencernaan Pada Ternak Ruminansia”)

LAPORAN PRAKTIKUM
 NUTRISI DAN PAKAN TERNAK
(“Organ Pencernaan Pada Ternak Ruminansia”)




OLEH
NAMA            : GORISMAN MATUALESI
NIM                 : L1A1 13 009
KELAS           : A
ASISTEN  P. : MELLY PRATIWI SETYAWATI


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015



II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, lambung yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan anus (Frandson, 1992). Jenis hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba memiliki sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaannya terbagi atas empat bagian, yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Hewan ternak tersebut mampu menampung jumlah bahan makanan yang lebih besar serta mampu mencerna bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Hewan-hewan ternak yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan ini memakan pokok mereka adalah hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat sekedar tambahan saja (Aak, 2008).
2.1. Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah, pipi, dan kelenjar saliva) memiliki tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap species (Blakely, 1994). Dentis merupakan organ yang terdapat pada maksila dan mandbula, tertata melengkung seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva. Fungsi dentes dalam proses pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi, mastikasi merupakan proses fragmentasi pakan yang masuk ke dalam kavum oris (Praseno, 2003).

2.2. Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan kavum oris dengan ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus pakan akan melalui esofagus menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus disebabkan kontraksi stratum sirkulare, stratum longitudinale, dan stratum oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan mukosa. PH normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang berarti di dalam esofagus bernuansa netral (Frandson, 1992).
2.3. Lambung
            Sistem pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit daripada hewan mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum, dan abomasum yang berhubungan dengan usus (Darmono, 2005). Ventrikulus (lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks. Ruminansia merupakan hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus ruminansia terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Praseno, 2003).
2.3.1.   Rumen
            Rumen merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari diafragma menuju ke pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal (Frandson, 1992). Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat yang merupakan sumber energi (Darmono, 2005).
2.3.2.   Retikulum
            Retikulum adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti yang tercermin dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992). Retikulum, dimana prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya, mikroorganisme itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara periodik mengunyah kembali (memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih lanjut menjadi serat, sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba (Campbell, 2003).
2.3.3.  Omasum
            Omasum merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari alam dorsum atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum persis pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan banomasum terdapat suatu susunan lipatam membran mukosa “vela terminalia” yang barangkali berperan sebagai katup untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson, 1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung banyak sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum (Campbell, 2003).
2.3.4. Abomasum
            Abomasum terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri. Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003).
2.4. Usus Halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan struktural histologis atau mikroskop. Duodenum merupakan bagian yang pertama kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar atau sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992). Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003).
2.5. Usus Besar
            Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak terdapat pada usus besar. Didalam sekum akan terjadi pencernaan fermentatif (Frandson, 1992). Usus besar atau intestinum krassum merupakan terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung nodus limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di dalamnya (Praseno, 2003).










III. METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum organ pencernaan pada ternak ruminansia ini dilaksanakan pada hari sabtu, 06 juni 2015 pukul 10.00 sampai selesai , di Kandang pembibitan Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum pengamatan pada praktikum organ pencernaan ternak ruminansia dituliskankan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan Praktikum organ pencernaan ternak ruminansia
No.
         Alat
Kegunaan
1.
Meteran
Untuk mengukur panjang usus
2.
Kamera
Untuk dokumentasi
3.
Alat tulis        
Untuk menuliskan hasil pengamatan
4.
Kertas
Untuk menggambar organ pencernaan


3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum organ pencernaan ternak ruminansia dituliskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan Praktikum organ pencernaan ternak ruminansia
No.
Bahan
Kegunaan
1.
Rumen
Sebagai bahan pengamatan
2.
Reticulum
Sebagai bahan pengamatan
3.
Omasum
Sebagai bahan pengamatan
4.
Abomasum
Sebagai bahan pengamatan
5.
Usus
Sebagai bahan pengamatan



3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum organ pencernaan ternak ruminansia adalah sebagai berikut:
1.      Pada tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2.      Melakukan pengamatan terhadap organ pencernaan sapi
3.      Mengukur panjang usus dari ternak sapi
4.      Menggambar bagian-bagian saluran pencernaan ternak sapi.
5.      Menulis hasil pengamatan praktikum.
6.      Membuat laporan praktikum organ pencernaan ternak sapi.















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Alat Pencernaan Sapi
4.1.1. Rumen
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan produk akhir yang dapat diasimilasi. Rumen terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba..
4.1.2. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen. Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak ada dinding penyekat. Retikulum mempunyai bentuk seperti sarang tawon/ lebah dan mendorong pakan padat dan ingesta kedalam rumen dan mengalirkan ingesta ke abomasums. Reticulum berfungsi sebagai tempat fermentasi , membantu proses ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, Absorpsi hasil fermentasi, dan tempat berkumpulnya benda-benda asing
4.1.3. Omasum
Omasum merupakan lambung ketiga yang ditaburi lamina pada permukaannya sehingga menambah luas permukaannya tersebut. Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.
4.1.4. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl. Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
4.1.5. Usus Halus
Usus halus terdiri dari : duodenum,jejunum, dan ileum. Pada duodenum kaya akan vili dan plika sirkularis, bagian yang mencolok adalah kripte lieberkuhn. Kelenjar brunner terdapat pada tunika submukosa. Nodulus limfatikus jarang , vili teratur, tumpul, lebar.
Pada jejunum kelenjar brunner terletak pada bagian depan jejunum, vili lebih lurus, kecil, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan duodenum. Bagaian yang mencolok adalah plika sirkularis.
Bagian yang mencolok pada ileum adalah lemepeng peyer, lempeng peyer terletak pada mukosa dan submukosa. Di memebrana mukosa diselipi kawah limfe (Anonim, 2008).
4.1.5. Usus Besar
Masuknya sisa- sisa makanan kedalam usus besar ternyata dibarengi oleh peluang bagi mereka untuk sekali lagi mengalami fermentasi. Disini sisa-sisa adalah berupa bahan – bahan yang lolos dari sekresi dan penyerapan yang dibantu oleh enzim- enzim dalam saluran sebelumnya.
Fermentasi yang terjadi didalam lingkungan ini adalah lebih konstan dan tak banyak dipengatuhi oleh kondisi rumen. Dalam usus besar dan caecum pada dasarnya berada dalam kondisi yang netral. Sebagaimana didalam rumen, asam-asam lemak diserap dalam bentuk asam bebas, demikian juga di usus besar terjadi penyerapan asam lemak bebas sekalipun dalam suatu porsi yang sangat kecil.
         
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dituliskan pada praktikum ini yaitu :
Pencernaan adalah proses lanjutan dari pengambilan pakan oleh hewan dan merupakan salah satu parameter untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan sebagai persiapan untuk proses penyerapan zat makanan yang akan dimanfaatkan lebih lanjut oleh sel tubuh.
Pada dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung (perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian eratnya sehingga hewan dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta proses pencernaannya.

5.2. Saran
Setelah melakukan praktikum saran kami sebagai praktikan, Dari pelaksanaan praktikum ini kami menyarankan agar pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan secara mendetail agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan dan dapat membandingkan sistem pencernaan dari ternak ruminansia besar dan kecil serta proses yang terjadi dalam saluran pencernaan yang diamati.


DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992 . Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Kartadisastra, 1997. Zoologi . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor .
McDonald .1981 . Anatomy and Physiology of Farm Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.
Poncet dkk. 1995 . Kawan Beternak. Yayasan Kanisius, Yogyakarta
Satter, Roffler. 1981. Comparative Anatomy of the Vertebrates. 9rd. McGraw-Hill Higher International.Edition Biological Science Series, Singapore.
Soetanto. 1994 .peran Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press,   Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wallace. 1994. Veterinary Anatomy, Basic, Comparative and Clinical. Drawings by Sharon Ashby. Texas A and M University Press, USA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar