LAPORAN
PRAKTIKUM
NUTRISI DAN PAKAN TERNAK
(“Organ
Pencernaan Pada Ternak Ruminansia”)
OLEH
NAMA
: GORISMAN MATUALESI
NIM : L1A1 13 009
KELAS : A
ASISTEN P. : MELLY
PRATIWI SETYAWATI
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem
pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari mulut, esofagus, lambung yang
terdiri dari rumen, retikulum, omasum, abomasum, usus besar, dan anus
(Frandson, 1992). Jenis hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing,
dan domba memiliki sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaannya
terbagi atas empat bagian, yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan
abomasum. Hewan ternak tersebut mampu menampung jumlah bahan makanan yang lebih
besar serta mampu mencerna bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi.
Hewan-hewan ternak yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan ini memakan
pokok mereka adalah hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat sekedar
tambahan saja (Aak, 2008).
2.1. Mulut
Mulut dan komponennya (gigi, lidah,
pipi, dan kelenjar saliva) memiliki tingkat kepentingan yang berbeda pada tiap
species (Blakely, 1994). Dentis merupakan organ yang terdapat pada maksila dan
mandbula, tertata melengkung seperti tapal kuda, dan melekat pada gingiva.
Fungsi dentes dalam proses pencernaan sebagai pendukung utama proses mastikasi,
mastikasi merupakan proses fragmentasi pakan yang masuk ke dalam kavum oris
(Praseno, 2003).
2.2. Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang
menghubungkan kavum oris dengan ventrikulus. Hasil mastikasi berupa bolus-bolus
pakan akan melalui esofagus menuju ventrikulus. Gerak bolus dalam esofagus
disebabkan kontraksi stratum sirkulare, stratum longitudinale, dan stratum
oblique yang tersusun spiralis. Kontraksi muskuli tersebut menghasilkan gerak
peristaltik (Praseno, 2003). Esofagus terdiri dari otot, sub mukosa, dan
mukosa. PH normal pada esofagus ternak ruminansia adalah 7 yang berarti di
dalam esofagus bernuansa netral (Frandson, 1992).
2.3. Lambung
Sistem
pencernaan pada sapi atau ruminansia lainnya, agak lebih rumit daripada hewan
mamalia lain. Lambung ruminansia merupakan lambung yang komplek yang terdiri
dari 4 bagian, yaitu paling depan disebut rumen, kemudian retikulum, omasum,
dan abomasum yang berhubungan dengan usus (Darmono, 2005). Ventrikulus
(lambung) merupakan organ yang pada dasarnya merupakan tempat proses digesti
pakan. Ventrikulus pada ruminansia adalah ventrikulus kompleks. Ruminansia
merupakan hewan yang memiliki ventrikulus kompleks. Ventrikulus ruminansia
terdiri empat kompartemen, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum
(Praseno, 2003).
2.3.1. Rumen
Rumen
merupakan suatu maskular yang besar dan terentang dari diafragma menuju ke
pelvis dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal (Frandson, 1992).
Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat
mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan
metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi
makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tidak jenuh
(Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbon dioksida, dan sel mikroba itu sendiri.
Asam lemak volatil (VFA) adalah asam propionat dan asam butirat yang merupakan
sumber energi (Darmono, 2005).
2.3.2. Retikulum
Retikulum
adalah bagian perut (kompartemen) yang paling kranial seperti yang tercermin
dari namanya. Kompartemen ini bagian dalamnya diseliputi oleh membran mukosa
yang mengandung intersekting ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan
yang menyerupai permukaan sarang lebah (Frandson, 1992). Retikulum, dimana
prokariota dan protista simbiotik (khususnya siliata) bekerja pada bahan
makanan yang kaya selulosa itu. Sebagai hasil sampingan metabolismenya, mikroorganisme
itu mensekresikan asam lemak. Sapi itu secara periodik mengunyah kembali
(memamah biak) yang selanjutnya akan dipecah lebih lanjut menjadi serat,
sehingga lebih dapat diakses oleh kerja mikroba (Campbell, 2003).
2.3.3. Omasum
Omasum
merupakan suatu organ yang berisi lamina muskuler yang turun dari alam dorsum
atau bagian atap. Omasum terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum persis
pada kaudal hati. Pertautan antara omasum dan banomasum terdapat suatu susunan
lipatam membran mukosa “vela terminalia” yang barangkali berperan sebagai katup
untuk mencegah kembalinya bahan-bahan dari abomasum menuju omasum (Frandson,
1992). Omasum, di mana air dikeluarkan. Mamahan itu, yang mengandung banyak
sekali mikroorganisme, akhirnya akan lewat melalui omasum (Campbell, 2003).
2.3.4. Abomasum
Abomasum
terletak ventral dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen
(Frandson,1992). Pakan dicerna di abomasum melalui enzim sapi itu sendiri.
Karena kerja mikroba itu, makanan dari seekor hewan ruminansia sesungguhnya
menyerap nutriennya menjadi lebih kaya dibandingkan dengan rumput yang semula
dimakan oleh hewan itu (Campbell, 2003).
2.4. Usus
Halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan
struktural histologis atau mikroskop. Duodenum merupakan bagian yang pertama
kali dari usus. Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duedenum, yaitu
terdapat seperti bintil putih sebagai pembatas. Bagian terakhir dari usus halus
adalah ileum. Bagian terminal dari ileum tersambung dengan usus besar atau
sekum dan kolon pada ruminansia dari babi, pada bagian kanan dari rongga
abdomal. PH normal yang terdapat pada usus halus adalah 7 (Frandson, 1992).
Usus halus (intestinum tenue) merupakan saluran ini terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Proses digesti dan absorpsi hasil
digesti terjadi pada intestinum tenue (Praseno, 2003).
2.5. Usus Besar
Usus
Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak menghasilkan
enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya tiap
pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim
dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak
terdapat pada usus besar. Didalam sekum akan terjadi pencernaan fermentatif
(Frandson, 1992). Usus besar atau intestinum krassum merupakan terdiri dari
kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak mengandung nodus
limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses pembusukkan sisa
digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel terlarut di
dalamnya (Praseno, 2003).
III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum organ pencernaan pada ternak ruminansia ini
dilaksanakan pada hari sabtu, 06 juni 2015 pukul 10.00 sampai selesai , di
Kandang pembibitan Unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum
pengamatan pada praktikum organ pencernaan ternak ruminansia dituliskankan pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Alat dan Kegunaan Praktikum organ pencernaan ternak ruminansia
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Meteran
|
Untuk
mengukur panjang usus
|
2.
|
Kamera
|
Untuk
dokumentasi
|
3.
|
Alat
tulis
|
Untuk
menuliskan hasil pengamatan
|
4.
|
Kertas
|
Untuk
menggambar organ pencernaan
|
3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan dan kegunaan yang
di gunakan pada praktikum organ pencernaan ternak ruminansia dituliskan pada Tabel
2.
Tabel 2.
Bahan dan Kegunaan Praktikum organ pencernaan ternak ruminansia
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Rumen
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
2.
|
Reticulum
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
3.
|
Omasum
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
4.
|
Abomasum
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
5.
|
Usus
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
|
|
|
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum organ
pencernaan ternak ruminansia adalah sebagai berikut:
1. Pada
tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2. Melakukan
pengamatan terhadap organ pencernaan sapi
3. Mengukur
panjang usus dari ternak sapi
4. Menggambar
bagian-bagian saluran pencernaan ternak sapi.
5. Menulis
hasil pengamatan praktikum.
6. Membuat
laporan praktikum organ pencernaan ternak sapi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Alat Pencernaan Sapi
4.1.1. Rumen
Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang
menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba kerja ekstansif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan pelepasan
produk akhir yang dapat diasimilasi. Rumen
terletak di rongga abdominal bagian kiri. Rumen sering disebut juga dengan
perut beludru. Hal tersebut dikarenakan pada permukaan rumen terdapat papilla
dan papillae. Sedangkan substrat pakan yang dimakan akan mengendap dibagian
ventral. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan secara fermentatif, karena
pada bagian tersebut terdapat bermilyaran mikroba..
4.1.2. Retikulum
Retikulum sering disebut sebagai perut jalang atau hardware stomach. Fungsi
retikulum adalah sebagai penahan partikel pakan pada saat regurgitasi rumen.
Retikulum berbatasan langsung dengan rumen, akan tetapi diantara keduanya tidak
ada dinding penyekat. Retikulum mempunyai bentuk seperti sarang tawon/ lebah
dan mendorong pakan padat dan ingesta kedalam rumen dan mengalirkan ingesta ke
abomasums. Reticulum berfungsi sebagai tempat fermentasi , membantu proses
ruminasi, mengatur arus ingesta ke omasum, Absorpsi hasil fermentasi, dan tempat berkumpulnya benda-benda asing
4.1.3. Omasum
Omasum merupakan lambung ketiga yang ditaburi lamina pada
permukaannya sehingga menambah luas permukaannya tersebut. Omasum sering juga
disebut dengan perut buku, karena permukaannya berbuku-buku. Ph omasum berkisar
antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum dan abomasums terdapat lubang yang disebut omaso abomasal orifice.
4.1.4. Abomasum
Abomasum sering juga disebut dengan perut sejati. Fungsi omaso abomasal orifice adalah untuk mencegah digesta yang ada
di abomasum kembali ke omasum. Ph pada abomasum asam yaitu berkisar antara 2
sampai 4,1. Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa dan mukosa ini berfungsi
untuk melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang dihasilkan oleh abomasum.
Sel-sel mukosa menghasilkan pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.
4.1.5. Usus Halus
Usus halus terdiri dari : duodenum,jejunum, dan ileum. Pada
duodenum kaya akan vili dan plika sirkularis, bagian yang mencolok adalah
kripte lieberkuhn. Kelenjar brunner terdapat pada tunika submukosa. Nodulus limfatikus
jarang , vili teratur, tumpul, lebar.
Pada jejunum kelenjar brunner terletak pada bagian depan
jejunum, vili lebih lurus, kecil, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
duodenum. Bagaian yang mencolok adalah plika sirkularis.
Bagian yang mencolok pada ileum adalah lemepeng peyer,
lempeng peyer terletak pada mukosa dan submukosa. Di memebrana mukosa diselipi
kawah limfe (Anonim, 2008).
4.1.5. Usus Besar
Masuknya
sisa- sisa makanan kedalam usus besar ternyata dibarengi oleh peluang bagi
mereka untuk sekali lagi mengalami fermentasi. Disini sisa-sisa adalah berupa
bahan – bahan yang lolos dari sekresi dan penyerapan yang dibantu oleh enzim-
enzim dalam saluran sebelumnya.
Fermentasi
yang terjadi didalam lingkungan ini adalah lebih konstan dan tak banyak
dipengatuhi oleh kondisi rumen. Dalam usus besar dan caecum pada dasarnya
berada dalam kondisi yang netral. Sebagaimana didalam rumen, asam-asam lemak
diserap dalam bentuk asam bebas, demikian juga di usus besar terjadi penyerapan
asam lemak bebas sekalipun dalam suatu porsi yang sangat kecil.
V. PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dituliskan pada praktikum ini yaitu :
Pencernaan adalah
proses lanjutan dari pengambilan pakan oleh hewan dan merupakan salah satu parameter
untuk mengevaluasi mutu pakan secara biologis. Pencernaan juga dimaksudkan
sebagai persiapan untuk proses penyerapan zat makanan yang akan dimanfaatkan
lebih lanjut oleh sel tubuh.
Pada
dasarnya alat pencernaan hewan hampir sama yaitu terdiri dari mulut, lambung
(perut), usus halus dan usus besar. Namun pada perkembangan selanjutnya terjadi
modifikasi alat pencernaan yang disesuaikan dengan jenis makanan yang
mengakibatkan tipe, fungsi dan sistem pencernaannya menjadi berbeda. Hubungan
antara jenis makanan dengan alat pencernaan demikian eratnya sehingga hewan
dapat digolongkan menurut jenis makanannya atau tipe alat pencernaannya serta
proses pencernaannya.
5.2.
Saran
Setelah melakukan praktikum saran
kami sebagai praktikan, Dari pelaksanaan praktikum ini kami menyarankan agar
pelaksanaan praktikum dapat dilaksanakan secara mendetail agar mahasiswa dapat
mengetahui perbedaan dan dapat membandingkan sistem pencernaan dari ternak
ruminansia besar dan kecil serta proses yang terjadi dalam saluran pencernaan
yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 2005. Pencernaan Mikrobia pada
Ruminansia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992 . Anatomi dan Fisiologi
Ternak Edisi IV. Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Kartadisastra, 1997. Zoologi .
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor .
McDonald .1981 . Anatomy and Physiology of Farm
Animals. 6rd. Lippicont Williams and Wilkins, Philadelpia.
Poncet dkk. 1995 . Kawan Beternak.
Yayasan Kanisius, Yogyakarta
Satter,
Roffler. 1981. Comparative Anatomy of
the Vertebrates. 9rd. McGraw-Hill
Higher International.Edition Biological Science Series, Singapore.
Soetanto. 1994 .peran Mikroba pada
Ruminansia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S.
Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo.1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wallace.
1994. Veterinary Anatomy, Basic, Comparative and Clinical. Drawings
by Sharon Ashby. Texas A and M University Press, USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar