Rabu, 17 Juni 2015

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU TERNAK POTONG (“Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong Di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara”)

LAPORAN PRAKTIKUM
 ILMU TERNAK POTONG
(“Manajemen Pemeliharaan Sapi Potong Di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kota Kendari,  Provinsi Sulawesi Tenggara”)


OLEH
NAMA            : GORISMAN MATUALESI
NIM                 : L1A1 13 009
KELAS           : A
ASISTEN  P. : MELLY PRATIWI SETYAWATI

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015


1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu wilayah pengembangan sapi potong yang cukup prosfektif di Sulawesi tenggara adalah kabupaten kendari, karena disamping potensi luas wilayah, juga merupakan pusat pengembangan tanaman pangan strategis di Sulawesi Tenggara. Wilayah daratan  Kabupaten Kendari umumnya berbasisi afroekosistim lahan kering, sehingga sapi bali dapat menjadi penopang system paetanian irigasi dan tegalan. Populasi sapi potong di Kabupaten Kendari 90% adalah sapi bali, sedangkan khusus untuk wilayah kecamatan konda menurut data statistic setempat, untuk tahun 2000 populasi sapi bali berjumlah 4.983 ekor, dipelihara oleh petani peternak dan terintergrasi secara subsistim dengan pertanian pangan.
Sulawesi Tenggara sebagai salah satu sentraper tumbuhan ternak baru di Kawasan Timur Indonesia, memiliki sumber dayaalam yang cukup potensial untuk pengembangan ternak, terutama ternak ruminansia. Hal ini mengingat luas areal lahan yang baru dimanfaatkan untuk areal perkebunan (kelapa, coklat jambu mente) sebesar 280.546 hektar dari total luas areal 5.432.86 hektar (BPS Sultra, 2000). Kondisitanah di Sulawesi Tenggara yang sedikit unsure hara atau pedsolik merah kuning  (PMK),  maka  daerah  ini  lebih  cocok  dan  menguntungkan  bagi  pengambangan  sapi potong .
Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang saat ini banyak dipilih rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi pilihan utama. Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak yang dijalankan oleh rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu – waktu dapat digunakan jika petani peternak memerlukan uang dalam jumlah tertentu.
Peternak sapi potong merupakan orang yang mengusahakan ternak sapi dimulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut dewasa dan siap untuk dijual pada konsumen. Usaha ternak sapi potong secara langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan keluarga adalah seberapa besar kontribusi atau sumbangan pendapatan bersih usaha ternak sapi potong terhadap pendapatan keluarga sedangkan pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya usaha ternak sapi tersebut.
Populasi sapi khususnya sapi bali 91% dari populasi sapi potong di Sulawesi Tenggara. Selanjutnya dinyatakan bahwa tujuan pemeliharaan sapi Bali di Sulawesi Tenggara adalah untuk penopang kegiatan pertanian dan memenuhi kebutuhan hidup petani.   
1.2.Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai mahasiswa mengenai manajeman ternak potong (recording, perkandangan, pakan,reproduksi, pengendalian penyakit, pengelolaan limbah).
2.      Mendorong mahasiswa agar dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas dalam usaha ternak potong.
Manfaat daripraktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai manajeman ternak potong meliputi tata laksana perkandangan, pakan, reproduksi, pengendalian penyakit, dan pengelolaan limbah.
2.      Mahasiswa  memilikiwawasan yang lebih luas dalam usaha ternak potong.







II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong
Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2001).
Sulawesi Tenggara sebagai salah satu sentra pertumbuhan ternak baru di Kawasan Timur Indonesia, memiliki sumber daya alam yang cukup potensial untuk pengembangan ternak, terutama ternak ruminansia. Hal ini mengingat luas areal lahan yang baru dimanfaatkan untuk areal perkebunan (kelapa, coklat jambu mente) sebesar 280.546 hektar dari total luas areal 5.432.86 hektar (BPS Sultra, 2000). Kondisi tanah di Sulawesi Tenggara yang sedikit unsure hara atau pedsolik merah kuning (PMK), maka daerah ini lebih cocok dan menguntungkan bagi pengambangan sapi potong (Pasolon, 2001 dalam Baa, 2001).
2.2.  Sistem Perkandangan
Pada sistem pemeliharaan yang kurang baik umumnya peternak memberikan pakan yang tidak menentu, peternak umumnya tidak mengerti nilai padang penggembalaan dan peternak biasanya tidak mengusahakan lahan yang cukup untuk memungkinkan peternak menanam tanaman khusus sebagai pakan ternak, sapi – sapi dibiarkan merumput mencari makan pada semak – semak. Mereka mungkin diberi berbagai konsentrat sisa pabrik seperti dedak padi, tetapi pada banyak negara, makanan seperti itu diberikan untuk makanan ayam. Padahal sistem pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil produksi yang jauh lebih baik pula (Bambang, 1990).
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan (Sugeng, 2006).

2.3.  Pakan Ternak
Pada umumnya setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1%-2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput di tempat pakan. Selain itu dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur.
Pakan ternak untuk penggmukkan sapi potong  merupakan  faktor yang penting  untuk meningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral . Protein adalah  unsur utama  dalam pemeliharaan tubuh  dan pertumbuhan. Karbohidrat  berguna sebagai sumber energi yang akan digunakan untuk  proses metabolisme, lemak sebagai sumber energi yang membawa vitamin yang larut daam lemak  (Vitamin A,D,E,K). Vitamin Berfungsi  untuk pembentukan organ dan meningkatkan kekebalan tubuh, sedangkan mineral  untuk  membentuk jaringan tulang  dan urat  untuk memproduksi  dan mengganti mineral  dalam tubuh yang hilang (Darmono,1993).
2.4. Kesehatan dan Penyakit Ternak
Menyangkut usaha penanganan penyakit pada umumnya peternak melakukanya sendiri atau melalui bantuan petugas peternakan namun sebagian besar dilakukan sendiri dengan pengobatan yang tradisional apabila penyakit yang menyerang ternaknya merupakan penyakit yang sering menyerang seperti cacingan hanya diberikan obat cacing yang bisa diperoleh ditoko-toko. Tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan ternak melalui bantuan petugas penyuluh lapangan (PPL) dilakukan ketika adanya program vaksin dan bila ada laporan ternak sakit dari peternak.
Terlebih lagi kurangnya proaktif peternak untuk melaporkan keadaan perekembangan ternaknya, termasuk laporan mengenai ternak yang sakit, pada sisi lain peternak kurang menyadari pentingnya melaporkan keadaan kesehatan ternaknya kepada PPL, serta terlebih lagi rata-rata penduduk setempat tidak begitu mengetahui mengenai penyakit-penyakit yang biasa menyerang ternak serta penanganan yang tepat, mereka mengetahui ternaknya terkena penyakit ketika telah parah karena sebelumnya tidak begitu mengetahui informasi tanda-tanda ternak yang terserang penyakit tertentu.
Pemberian vaksin juga tidak secara rutin dilakukan oleh petugas penyuluh peternakan mereka hanya memberi vaksin ketika ada laporan dari penduduk setermpat yang ternaknya sakit, sehingga penanganan tidak efisien lagi. Vaksin yang biasa diberikan yakni vaksin Antraks dan SE.







III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum manajemen pemeliharaan sapi potong ini dilaksanakan pada hari Sabtu Tanggal 30 Mei 2015,Pukul 09.00 – 12.00 WITA. Praktikum ini dilakukan di Peternakan Rakyat milik Pak Kastimin bertempat di Desa Alebo,Kecamatan Konda, Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daftar kuesioner sebagai acuan pengambilan data di lapangan serta alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey dan pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi di lapangan yang berhubungan dengan materi praktikum.
Pengamatan yang dilakukan pada usaha pertanian/peternakan rakyat di di Desa Alebo Kecamatan Konda adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan pengamatan, tanya jawab dengan petugas UPTD tentang Manajeman Pemeliharaan ternak yang dilakukan :
a.         Jumlah Ternak.
b.        Sistem Recording .
c.         Manajeman pemberian pakan dan air minum.
d.        Penangan Penyakit.
e.         Penanganan Limbah
f.         Kendala yang dihadapi.

2.      Melakukan diskusi dengan petani mengenai :
a.       Jumlah Ternak. Mendokumentasikan usaha tani yang dilakukan oleh petani tersebut.
b.      Manajemen pakan
c.       Penanganan penyakit.
d.      Penanganan limbah.
e.       Penilaian score kondisi tubuh
f.       Kendala usaha peternakan






















IV. PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Identitas Peternak
Nama responden                   : Kastimin
Umur                                      : 45 Tahun
Pendidikan terakhir              : SMA
Ternak yang dipelihara        : Ternak Sapi, dan Ayam
No
Uraian
Keterangan
1
Jumlah kepemilikan ternak
2 ekor sapi Brahman, 1 ekor sapi kimono, 1 ekor sapi limousine, 3 ekor sapi Bali
2
Jenis kandang yang di gunakan
Semi intensif
3
Pola pemeliharaan
Semi intensif digembalakan dan dikandangkan
4
Manajemen pakan
Hijauan, Rumput Gajah, dedak dan diberi garam pada air minumnya.
5
Pencegahan penyakit
Di minumkan Obat vitamin dan petugas Kesehatan
6
Mortalitas
-
7
Harga sapi
Rp. 8.000.000/ekor dan Rp. 7.000.000/ ekor
8
Penanganan limbah
Di tampung lalu di jadikan pupuk kompos
9
Tujuan pemeliharaan
Sebagai tabungan kebutuhan sewaktu-waktu dan untuk penggemukan
10
Lembaga resmi peternak
-
11
Pelatihan yang di lakukan
-
12
Hambatan yang di alami
Kekurangan Pakan di musim kemarau
                                                          
4.2. Pola Pemeliharaan Ternak Potong
Metode pemeliharaan ternak juga sangat bervariasi. Produksi ternak yang paling sederhana adalah rumah tangga sub system yang memiliki jumlah ternak yang sangat sedikit (terutama digunakan untuk keperluan sendiri.Sistem tradisional biasanya adalah skala usaha kecil dari segi jumlah ternak, walaupun sistem pengembalaan tradisional di tempat-tempat Usaha peternakan sapi 99% merup\akan usaha subsistem pada usaha pertanian dengan tingkat kepemilikan rata-rata 2-3 ekor tiap keluarga dan tipologi usahanya adalah sebagai usaha sambilan. Pendapatan dari usaha peternakan sapi belum merupakan sumber pendapatan utama peternak tetapi hanya merupakan penambah pendapatan keluarga.

4.3. Manajeman Pemberian Pakan Dan Minum

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal dengan istilah kereman.

4.4. Penanganan Penyakit
Menyangkut usaha penanganan penyakit pada umumnya peternak melakukanya sendiri atau melalui bantuan petugas peternakan namun sebagian besar dilakukan sendiri dengan pengobatan yang tradisional apabila penyakit yang menyerang ternaknya merupakan penyakit yang sering menyerang seperti cacingan hanya diberikan obat cacing seperti air dan daun siri. Tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan ternak melalui bantuan petugas penyuluh lapangan (PPL) dilakukan ketika adanya program vaksin dan bila ada laporan ternak sakit dari peternak.
Terlebih lagi kurangnya proaktif peternak untuk melaporkan keadaan perekembangan ternaknya, termasuk laporan mengenai ternak yang sakit, pada sisi lain peternak kurang menyadari pentingnya melaporkan keadaan kesehatan ternaknya kepada PPL, serta terlebih lagi rata-rata penduduk setempat tidak begitu mengetahui mengenai penyakit-penyakit yang biasa menyerang ternak.


V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :Peternak sapi di Desa Alebo kebanyakan peternakannya masih bersifat tradisional,pakannya juga hanya berasal dari limbah pertanian,seperti kulit jagung,sayuran dan juga masi jarang warga yang menanam rumput untuk makanan ternaknya.
 Masyarakat memiliki mata pencaharian yang bervariasi, namun secara umum pekerjaan masyarakat dapat dibagi ke dalam dua bagian pekerjaan yaitu pekerjaan utama sebagai petani dan pekerjaan sambilan. Pekerjaan sebagai peternak merupakan pekerjaan sambilan saja dengan jumlah ternak yang terbatas 1-5 ekor dengan pendapatan dari hasil ternak hanya 30-70%.

5.2. Saran
Saran saya dalam praktikum ini yaitu agar kita sebagai mahasiswa peternakan harus memberikan pemahaman kepada masyarakat yang masih kurang pengetahuannya tentang peternakan secara perlahan-lahan sehingga mereka dapat memahami dan mulai beternak lebih baik lagi.








DAFTAR PUSTAKA
Abet, A. 2001. Studi Kelahiran Bulanan Sapi Bali pada Beberapa Desa Transmigrasi di Kecamatan Konda Kabupaten Kendari. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo, Kendari.
De Doer. 1987. Pemasaran Ternak secara Tradisional. (http//Tradisional.com. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013).
Pasolon, 2001. Kondisi Peternakan di Sulawesi Tenggara. (http//Blogspot.Pasolons.com. Diakses pada tanggal 17 Juni 2013).
PPA, 1993. Komposisis Pakan Ternak. (http//Blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013).
Rudiawan, Y. 2003. Analisi Potensi Teknis Pengelolaan Peternakan di Kawasan Pesisir Pantai Kabupaten Kendari. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo, Kendari.
Sabrani, 1988. Usaha Peternakan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Suharno, 1994. Peternakan di Indonesia. Gramedia. Jakarta.
Sugeng, 1992. Manajemen Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.
Sosroamidjojo,2003. Pakan yang baik untuk Ternak. Fakultas Pertanian. Unuversitas Padjajaran.
Widyastuti, 2000. Usaha Ternak Skala kecil. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar