LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU TERNAK POTONG
(“Manajemen
Pemeliharaan Sapi Potong Di Desa Alebo, Kecamatan Konda, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara”)
OLEH
NAMA
: GORISMAN MATUALESI
NIM : L1A1 13 009
KELAS : A
ASISTEN P. : MELLY
PRATIWI SETYAWATI
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Salah satu wilayah
pengembangan sapi potong yang cukup prosfektif di Sulawesi tenggara adalah
kabupaten kendari, karena disamping potensi luas wilayah, juga merupakan pusat
pengembangan tanaman pangan strategis di Sulawesi Tenggara. Wilayah
daratan Kabupaten Kendari umumnya
berbasisi afroekosistim lahan kering, sehingga sapi bali dapat menjadi penopang
system paetanian irigasi dan tegalan. Populasi sapi potong di Kabupaten Kendari
90% adalah sapi bali, sedangkan khusus untuk wilayah kecamatan konda menurut
data statistic setempat, untuk tahun 2000 populasi sapi bali berjumlah 4.983
ekor, dipelihara oleh petani peternak dan terintergrasi secara subsistim dengan
pertanian pangan.
Sulawesi Tenggara sebagai salah satu sentraper tumbuhan ternak baru
di Kawasan Timur Indonesia, memiliki sumber dayaalam yang cukup potensial untuk
pengembangan ternak, terutama ternak ruminansia.
Hal ini mengingat luas areal lahan yang baru dimanfaatkan untuk areal perkebunan (kelapa, coklat
jambu mente) sebesar 280.546 hektar dari total luas
areal 5.432.86 hektar (BPS Sultra, 2000). Kondisitanah di Sulawesi Tenggara
yang sedikit unsure hara atau pedsolik merah kuning (PMK),
maka
daerah
ini lebih
cocok dan menguntungkan bagi
pengambangan
sapi potong
.
Usaha ternak sapi potong merupakan usaha yang
saat ini banyak dipilih rakyat untuk dibudidayakan. Kemudahan dalam melakukan
budidaya serta kemampuan ternak untuk mengkonsumsi limbah pertanian menjadi
pilihan utama. Sebagian besar skala kepemilikan sapi potong di tingkat rakyat
masih kecil yaitu antara 5 sampai 10 ekor. Hal ini dikarenakan usaha ternak
yang dijalankan oleh rakyat umumnya hanya dijadikan sampingan yang sewaktu –
waktu dapat digunakan jika petani peternak memerlukan uang dalam jumlah
tertentu.
Peternak sapi potong merupakan orang yang
mengusahakan ternak sapi dimulai dari pemeliharaan bibit hingga sapi tersebut
dewasa dan siap untuk dijual pada konsumen. Usaha ternak sapi potong secara
langsung berpengaruh terhadap pendapatan keluarga, karena pendapatan yang
diperoleh dari usaha ternak sapi potong dapat memberikan kontribusi yang cukup
baik terhadap pendapatan keluarga, dimana kontribusi pendapatan keluarga adalah
seberapa besar kontribusi atau sumbangan pendapatan bersih usaha ternak sapi
potong terhadap pendapatan keluarga sedangkan pendapatan bersih adalah selisih
antara total penerimaan dengan total biaya usaha ternak sapi tersebut.
Populasi sapi khususnya
sapi bali 91% dari populasi sapi potong di Sulawesi Tenggara. Selanjutnya
dinyatakan bahwa tujuan pemeliharaan sapi Bali di Sulawesi Tenggara adalah
untuk penopang kegiatan pertanian dan memenuhi kebutuhan hidup petani.
1.2.Tujuan
Dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Menambah
pengetahuan dan keterampilan mengenai mahasiswa mengenai manajeman ternak potong
(recording, perkandangan, pakan,reproduksi, pengendalian penyakit, pengelolaan
limbah).
2. Mendorong
mahasiswa agar dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas dalam usaha ternak
potong.
Manfaat daripraktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai manajeman ternak potong meliputi tata laksana
perkandangan, pakan, reproduksi, pengendalian penyakit,
dan pengelolaan limbah.
2. Mahasiswa
memilikiwawasan yang lebih luas dalam usaha ternak potong.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong
Usaha ternak merupakan suatu proses
mengkombinasikan faktor – faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja,
dan juga modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak
sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau
pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan,
perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil
ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja (Santoso, 2001).
Sulawesi Tenggara
sebagai salah satu sentra pertumbuhan ternak baru di Kawasan Timur Indonesia,
memiliki sumber daya alam yang cukup potensial untuk pengembangan ternak,
terutama ternak ruminansia. Hal ini mengingat luas areal lahan yang baru
dimanfaatkan untuk areal perkebunan (kelapa, coklat jambu mente) sebesar
280.546 hektar dari total luas areal 5.432.86 hektar (BPS Sultra, 2000).
Kondisi tanah di Sulawesi Tenggara yang sedikit unsure hara atau pedsolik merah
kuning (PMK), maka daerah ini lebih cocok dan menguntungkan bagi pengambangan
sapi potong (Pasolon, 2001 dalam Baa,
2001).
2.2. Sistem
Perkandangan
Pada sistem pemeliharaan yang kurang baik
umumnya peternak memberikan pakan yang tidak menentu, peternak umumnya tidak
mengerti nilai padang penggembalaan dan peternak biasanya tidak mengusahakan
lahan yang cukup untuk memungkinkan peternak menanam tanaman khusus sebagai
pakan ternak, sapi – sapi dibiarkan merumput mencari makan pada semak – semak.
Mereka mungkin diberi berbagai konsentrat sisa pabrik seperti dedak padi,
tetapi pada banyak negara, makanan seperti itu diberikan untuk makanan ayam.
Padahal sistem pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil produksi yang jauh
lebih baik pula (Bambang, 1990).
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,
tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal,
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang
yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan (Sugeng, 2006).
2.3. Pakan Ternak
Pada umumnya setiap sapi membutuhkan
makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan,
sedang menyusui dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi
cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di
padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat
penggembalaan cukup luas dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat
badannya dan juga pakan tambahan 1%-2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa
dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu yang diberikan
dengan cara dicampurkan dalam rumput di tempat pakan. Selain itu dapat ditambah
mineral sebagai penguat berupa garam dapur.
Pakan ternak untuk penggmukkan sapi potong merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan produksinya.
Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein,
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral . Protein adalah unsur utama
dalam pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan. Karbohidrat berguna
sebagai sumber energi yang akan digunakan untuk proses metabolisme, lemak
sebagai sumber energi yang membawa vitamin yang larut daam lemak (Vitamin
A,D,E,K). Vitamin Berfungsi untuk pembentukan organ dan meningkatkan
kekebalan tubuh, sedangkan mineral untuk membentuk jaringan
tulang dan urat untuk memproduksi dan mengganti mineral
dalam tubuh yang hilang (Darmono,1993).
2.4.
Kesehatan
dan Penyakit Ternak
Menyangkut usaha penanganan penyakit pada
umumnya peternak melakukanya sendiri atau melalui bantuan petugas peternakan
namun sebagian besar dilakukan sendiri dengan pengobatan yang tradisional
apabila penyakit yang menyerang ternaknya merupakan penyakit yang sering
menyerang seperti cacingan hanya diberikan obat cacing yang bisa diperoleh
ditoko-toko. Tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan ternak melalui bantuan
petugas penyuluh lapangan (PPL) dilakukan ketika adanya program vaksin dan bila
ada laporan ternak sakit dari peternak.
Terlebih lagi kurangnya proaktif peternak
untuk melaporkan keadaan perekembangan ternaknya, termasuk laporan mengenai
ternak yang sakit, pada sisi lain peternak kurang menyadari pentingnya
melaporkan keadaan kesehatan ternaknya kepada PPL, serta terlebih lagi
rata-rata penduduk setempat tidak begitu mengetahui mengenai penyakit-penyakit
yang biasa menyerang ternak serta penanganan yang tepat, mereka mengetahui
ternaknya terkena penyakit ketika telah parah karena sebelumnya tidak begitu
mengetahui informasi tanda-tanda ternak yang terserang penyakit tertentu.
Pemberian vaksin juga tidak secara rutin
dilakukan oleh petugas penyuluh peternakan mereka hanya memberi vaksin ketika
ada laporan dari penduduk setermpat yang ternaknya sakit, sehingga penanganan
tidak efisien lagi. Vaksin yang biasa diberikan yakni vaksin Antraks dan SE.
III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat Praktikum
Praktikum manajemen pemeliharaan sapi potong ini
dilaksanakan pada hari Sabtu Tanggal 30 Mei 2015,Pukul 09.00 – 12.00 WITA. Praktikum
ini dilakukan di Peternakan Rakyat milik Pak Kastimin bertempat di Desa Alebo,Kecamatan Konda, Kota
Kendari Sulawesi Tenggara.
3.2. Alat dan Bahan
Praktikum
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daftar kuesioner sebagai
acuan pengambilan data di lapangan serta alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.
3.3. Metode
Praktikum
Metode
yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode survey dan pengamatan langsung
di lapangan untuk memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan
kondisi di lapangan yang berhubungan dengan materi praktikum.
Pengamatan
yang dilakukan pada usaha pertanian/peternakan rakyat di di Desa Alebo
Kecamatan Konda adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan
pengamatan, tanya jawab dengan petugas UPTD tentang Manajeman Pemeliharaan
ternak yang dilakukan :
a.
Jumlah Ternak.
b.
Sistem Recording
.
c.
Manajeman
pemberian pakan dan air minum.
d.
Penangan
Penyakit.
e.
Penanganan
Limbah
f.
Kendala yang
dihadapi.
2.
Melakukan
diskusi dengan petani mengenai :
a. Jumlah Ternak. Mendokumentasikan usaha tani yang
dilakukan oleh petani tersebut.
b. Manajemen pakan
c. Penanganan penyakit.
d. Penanganan limbah.
e. Penilaian score kondisi tubuh
f. Kendala usaha peternakan
IV.
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Identitas Peternak
Nama responden : Kastimin
Umur : 45 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Ternak yang dipelihara : Ternak Sapi,
dan Ayam
No
|
Uraian
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah kepemilikan ternak
|
2
ekor sapi Brahman, 1 ekor sapi kimono, 1 ekor sapi limousine, 3 ekor sapi
Bali
|
2
|
Jenis kandang
yang di gunakan
|
Semi
intensif
|
3
|
Pola
pemeliharaan
|
Semi
intensif digembalakan dan dikandangkan
|
4
|
Manajemen
pakan
|
Hijauan,
Rumput Gajah,
dedak dan diberi garam pada air minumnya.
|
5
|
Pencegahan penyakit
|
Di
minumkan Obat vitamin dan petugas Kesehatan
|
6
|
Mortalitas
|
-
|
7
|
Harga sapi
|
Rp.
8.000.000/ekor dan Rp. 7.000.000/ ekor
|
8
|
Penanganan limbah
|
Di
tampung lalu di jadikan pupuk kompos
|
9
|
Tujuan pemeliharaan
|
Sebagai
tabungan kebutuhan sewaktu-waktu
dan untuk penggemukan
|
10
|
Lembaga
resmi peternak
|
-
|
11
|
Pelatihan
yang di lakukan
|
-
|
12
|
Hambatan
yang di alami
|
Kekurangan
Pakan di musim kemarau
|
4.2.
Pola Pemeliharaan Ternak Potong
Metode pemeliharaan ternak juga sangat bervariasi.
Produksi ternak yang paling sederhana adalah rumah tangga sub system yang
memiliki jumlah ternak yang sangat sedikit (terutama digunakan untuk keperluan
sendiri.Sistem tradisional biasanya adalah skala usaha kecil dari
segi jumlah ternak, walaupun sistem pengembalaan tradisional di tempat-tempat Usaha peternakan sapi 99% merup\akan usaha
subsistem pada usaha pertanian dengan tingkat kepemilikan rata-rata 2-3 ekor
tiap keluarga dan tipologi usahanya adalah sebagai usaha sambilan. Pendapatan
dari usaha peternakan sapi belum merupakan sumber pendapatan utama peternak
tetapi hanya merupakan penambah pendapatan keluarga.
4.3.
Manajeman Pemberian Pakan
Dan Minum
Pemberian pakan
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman
(dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan
dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di
daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas dan memerlukan waktu
sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum
tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal dengan
istilah kereman.
4.4. Penanganan
Penyakit
Menyangkut usaha penanganan penyakit pada
umumnya peternak melakukanya sendiri atau melalui bantuan petugas peternakan
namun sebagian besar dilakukan sendiri dengan pengobatan yang tradisional
apabila penyakit yang menyerang ternaknya merupakan penyakit yang sering
menyerang seperti cacingan hanya diberikan obat cacing seperti air dan daun
siri. Tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan ternak melalui bantuan
petugas penyuluh lapangan (PPL) dilakukan ketika adanya program vaksin dan bila
ada laporan ternak sakit dari peternak.
Terlebih lagi kurangnya proaktif peternak
untuk melaporkan keadaan perekembangan ternaknya, termasuk laporan mengenai
ternak yang sakit, pada sisi lain peternak kurang menyadari pentingnya
melaporkan keadaan kesehatan ternaknya kepada PPL, serta terlebih lagi
rata-rata penduduk setempat tidak begitu mengetahui mengenai penyakit-penyakit
yang biasa menyerang ternak.
V.
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini
yaitu :Peternak sapi di Desa Alebo kebanyakan peternakannya masih bersifat
tradisional,pakannya juga hanya berasal dari limbah pertanian,seperti kulit
jagung,sayuran dan juga masi jarang warga yang menanam rumput untuk makanan
ternaknya.
Masyarakat memiliki mata pencaharian yang bervariasi, namun secara umum pekerjaan
masyarakat dapat dibagi ke dalam dua bagian pekerjaan yaitu pekerjaan utama
sebagai petani dan pekerjaan sambilan. Pekerjaan sebagai peternak merupakan
pekerjaan sambilan saja dengan jumlah ternak yang terbatas 1-5 ekor dengan pendapatan dari hasil ternak hanya 30-70%.
5.2. Saran
Saran saya dalam
praktikum ini yaitu agar kita sebagai mahasiswa peternakan harus memberikan
pemahaman kepada masyarakat yang masih kurang pengetahuannya tentang peternakan
secara perlahan-lahan sehingga mereka dapat memahami dan mulai beternak lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abet, A. 2001. Studi Kelahiran Bulanan Sapi Bali pada Beberapa Desa
Transmigrasi di Kecamatan Konda Kabupaten Kendari. Skripsi Fakultas Pertanian.
Universitas Haluoleo, Kendari.
De Doer. 1987.
Pemasaran Ternak secara Tradisional. (http//Tradisional.com. Diakses pada
tanggal 18 Juni 2013).
Pasolon, 2001. Kondisi Peternakan di Sulawesi Tenggara. (http//Blogspot.Pasolons.com.
Diakses pada tanggal 17 Juni 2013).
PPA, 1993.
Komposisis Pakan Ternak. (http//Blogspot.com. Diakses pada tanggal 18 Juni
2013).
Rudiawan, Y. 2003. Analisi Potensi Teknis Pengelolaan Peternakan di Kawasan
Pesisir Pantai Kabupaten Kendari. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo,
Kendari.
Sabrani, 1988. Usaha Peternakan Sapi Potong. Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Suharno, 1994. Peternakan di Indonesia. Gramedia. Jakarta.
Sugeng, 1992. Manajemen Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.
Sosroamidjojo,2003. Pakan
yang baik untuk Ternak. Fakultas Pertanian. Unuversitas Padjajaran.
Widyastuti, 2000. Usaha Ternak Skala
kecil. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar