LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU PEMULIAAN TERNAK
(“Fertilitas,
Daya tetas, dan Bobot tetas Telur Ayam kampung”)
OLEH
NAMA
: GORISMAN MATUALESI
NIM : L1A1 13 009
KELAS : A
KELOMPOK : I ( Satu )
ASISTEN P. : MELLY
PRATIWI SETYAWATI
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam
kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan
tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung
sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan
dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang
ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak
dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal
unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk
membedakannya kini dikenal istilah ayam buras singkatan dari "ayam bukan
ras" bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan
perbaikan teknik budidaya, tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan
sendiri. Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam
mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah (Suprijatna et al,
2005).
Telur
ayam kampung merupakan salah satu bahan pangan yang sempurna, di samping murah,
mudah didapat, lezat, serba guna untuk segala keperluan, kandungan gizinya juga
lengkap. Kandungan gizi sebutir telur dengan berat 50 gram terdiri dari protein
6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral (Sudaryani,
2003 ).
Fertilitas
telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari telur. Hal ini
terutama untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan
sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena
tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang – buang tenaga dan
tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur – telur
fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya
yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Telur tetas
mempunyai struktur tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk
perkembangan embrio sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat
tergantung pada keadaan telur tetas dan penanganannya (Nuryati, et al.,
1998).
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya
praktikumFertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung adalah
untuk mengetahui fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung.
1.3. Manfaat
Manfaat yang bisa
diambil dari pelaksanaan praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas
Telur Ayam Kampung adalah dapat mengetahui fertilitas, bobot tetas, dan daya
tetas telur ayam kampung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Telur Ayam Kampung
Telur ayam yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
dibedakan menjadi dua, yaitu telur ayam kampung atau buras dan telur ayam ras.
Kualitas telur dapat berbeda-beda tergantung pada cara penanganan induk dan
produk telur di samping pengaruh faktor genetis. Kualitas telur terdiri dari
dua bagian, yaitu dalam dan luar telur. Kualitas dalam telur antara lain
kontaminasi tetes darah atau serabut daging serta warna kuning telur, kualitas
luar telur antara lain ukuran dan bentuk, warna kerabang, permukaan dan ketebalan
kerabang, serta porositas (Diwjanto dan Prijono, 2007).
2.2. Fertilitas Telur Ayam Kampung
Fertilitas
telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari telur. Hal ini
terutama untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan
sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena
tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang – buang tenaga dan
tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur – telur
fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan. Pengetesan fertilitas telur
adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk
menentukan jumlah telur yang fertile untuk ternak yang ditetaskan. Menurut
Permana (2007) nilai fertilitas
dinyatakan dalam persen dengan cara perhitungan membandingkan antara jumlah
telur fertile dengan jumlah telur yang menetas.
Fertilitas
(%) = jumlah telur fertil
100%
Jumlah telur tetas
2.3. Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Daya tetas merupakan
salah satu indicator dari suatu usaha penetasan. Menurut Nort dan Bell (1990),
daya tetas dapat dihitung dengan dua cara. Cara pertama, perhitungan daya tetas
dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah
telur yang masuk kedalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya tetas
dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah
telur yang fertile dalam mesin tetas. Pada umumnya cara pertama sering
digunakan oleh usaha peternakan komersil, sedangkan cara kedua biasanya
digunakan untuk menghetahui viabilitas dalam telur tetas yang fertile dalam
penelitian.
Daya tetas dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain factor genetic, fertilitas, lama dan suhu
penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin tetas, kebersihan telur, umur
induk, nutrisi, penyakit serta keseragaman bentuk dan ukuran telur (North dan
bell, 1990; Ensminger, 1992).
Menurut Permana (2007)
pada hari ke-21 dilakukan perhitungan daya tetas dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Daya
Tetas = jumlah telur yang menetas
100%
Jumlah telur yang fertile
2.4. Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Bobot tetas adalah
bobot DOC setelah menatas yang bulu badannya telah kering dan sebelum diberi
makan atau minum untuk pertama kalinya. Kaharudin (1989) Menyatakan bahwa,
salah satu faktor yang mempengaruhi bobot tetas yaitu bobot telur tetas.
Sudaryani dan Santoso (1994) dalam Permana (2007) menyatakan, bobot telur tetas
merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot tetas, selanjutnya dikatakan
bobot tetas yang normal adalah dua per tiga dari bobot telur dan apabila bobot
tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bias
dkatakan belum berhasil.Menurut Rasyraf (1984), seleksi telur tetas lebih dulu
diutamakan pada bobot telur karena alan mempengaruhi bobot awal DOC, semakin
berat telur tersebut maka DOC yang dihasilkan juga semakin berat.
III. METODE PERAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan Daya Tetas
telur ayam kampung dilakukan pada tanggal 18-22 Mei 2015, pukul 04.00 WITA
sampai selesai, bertempat dikandang ternak unggas Fakultas Peternakan
Universitas Halu Oleo Kendari
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Praktikum
Alat dan kegunaan yang di gunakan pada
praktikum pengamatan pada praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas
telur ayam Kampung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan
Kegunaan yang digunakan pada Praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung.
No.
|
Alat
|
Kegunaan
|
1.
|
Senter
|
Untuk
sumber cahaya saat melihat fertilitas telur
|
2.
|
Timbangan
|
Untuk
menimbang berat telur
|
3.
|
Alat
tulis
|
Untuk
menuliskan hasil pengamatan
|
3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan dan kegunaan yang
di gunakan pada praktikum fertilitas, bobot
tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung. dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan
Kegunaan yang Digunakan pada Praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung.
No.
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Telur
ayam kampung
|
Sebagai
bahan pengamatan
|
3.3. Metode
Praktikum
Metode
yang digunakan pada praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur
ayam kampung adalah sebagai berikut:
1. Pada
tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2. Melakukan
pengamatan terhadap fertilitas telur dengan bantuan cahaya dengan menggunakan
senter HP. Telur yang fertil ditandai dengan adanya pembuluh darah yang
berwarna merah, sedangkan telur yang tidak fertiltidak terdapat pembuluh darah.
3. Menghitung
persentase fertilitas telur ayam kampung dengan menggunakan rumus :
Fertilitas
= Jumlah telur fertil x 100%
Jumlah telur yang ditetaskan
4. Menghitung
bobot tetas telur ayam kampung dengan menggunakan rumus :
Bobot Tetas = Bobot
awal – bobot akhirx 100%
Bobot awal
5. Menghitung
data tetas telur ayam kampung dengan
menggunakan rumus:
Daya
Tetas = Jumlah telur yang menetas x 100%
Jumlah telur yang fertil
6. Menulis
hasil pengamatan praktikum.
7. Membuat
laporan praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Fertilitas Telur Ayam kampung.
Hasil
pengamatan fertilitas telur ayam kampung dituliskan pada Tabel 3.
Tabel
3.
Fertilitas Telur Ayam Kampung.
Telur Tetas
(n)
|
Telur fertil
(n)
|
Persentase
(%)
|
90
|
17
|
18.89
|
Berdasarkan pada Tabel 3 diatas bahwa diperoleh telur
tetas 90 dan telur fertile 17 dengan persentase sebesar 18,89, dibandingkan
dengan hasil penelitian Septiawan (2007), fertilitas telur ayam kampung yang
ditetaskan secara alami yaitu 77.59%. Rendahnya fertilitas yang dihasilkan
karena kurangnya pemberian pakan yang berkualitas pada ayam dan
menyebabkan menurunnya fertilitas.
Sehingga sex ratio ayam kampung
berpengaruh terhadap fertilitas telur. Pada penelitian ini, sex ratio ayam
kampung 1 : 10. Perbandingan ini sesuai
dengan pernyataan Kusmarahmat (1998), yakni untuk mendapatkan fertilitas yang
tinggi pada ayam kampung, maka
perbandingan jantan dan betina sebesar 1 :10 . Akan tetapi, fertilitas pada
perlakuan pengeraman 10 hari dengan entok lebih rendah dibandingkan dengan
pengeraman 7 hari.
4.2. Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Hasil pengamatan daya tetas telur ayam kampung dituliskan
pada Tabel 4
Tabel
4. Daya
Tetas Telur Ayam Kampung.
Telur Fertil
(n)
|
Telur Menetas
(n)
|
Persentase
(%)
|
17
|
9
|
52.94
|
Berdasarkan
pada Tabel 4, diatas bahwa diperoleh telur fertile 17 dan telur menetas 9
dengan memiliki nilai persentase sebesar 52.94, dibandingkan dengan hasil
penelitian Iriyanti, dkk. (2007) ; daya tetas telur ayamkampung yang ditetaskan
secara alami yaitu 72,02%. System penetasan yang digunakan dalam penelitian ini
memungkinkan daya tetas yang dihasilkan lebih tinggi akibat adanya system
kombinasi antara system penetasan alami dan buatan.
4.3. Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Hasil pengamatan bobot tetas telur ayam kampung pada
praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5. Bobot
tetas telur ayam kampung.
Telur Menetas
(No. Telur)
|
Bobot Telur
(g)
|
Bobot Tetas
(g)
|
Persentase
(%)
|
11
|
40
|
28
|
30
|
23
|
39
|
32
|
17.95
|
36
|
36
|
25
|
30.56
|
28
|
40
|
27
|
32.5
|
77
|
38
|
23
|
39.47
|
46
|
39
|
27
|
30.77
|
5
|
38
|
28
|
26.32
|
10
|
37
|
26
|
35.14
|
40
|
38
|
30
|
21.05
|
9
|
27.11
|
38.33
|
29.31 ± 6.69
|
Berdasarkan Tabel 5, terdapat telur menetas dengan jumlah
sebanyak 9, bobot telur sebesar 27.11 g, bobot tetas 38.33 g, dan persentase
sebesar 29.31 ± 6.69, dibandingkan dengan hasil penelitian Septiawan (2007),
bobot tetas telur ayam kampung induk muda (26.22 g/ekor) yang ditetaskan dengan
menggunakan umur induk yang berbeda pada persentase alami. Hal ini diduga
karena umur ayam yang digunakan mempunyai umur yang berbeda, bobot telur, yang
berbeda.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum fertilitas,
bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung yaitu : fertilitas telur ayam
kampung diperoleh telur tetas 90, dan telur fertile 17 dengan persentase
sebesar 18,89, daya tetas telur ayam kampung diperoleh telur fertile 17 dan
telur menetas 9 dengan memiliki nilai persentase sebesar 52.94, dan bobot tetas
telur ayam kampung diperoleh telur menetas dengan jumlah sebanyak 9, bobot
telur sebesar 27.11 g, bobot tetas 38.33 g, dan persentase sebesar 29.31 ± 6.69
%.
5.2. Saran
Adapun
saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini yaitu Sebaiknya alat dan bahan
yang digunakan untuk praktek terlebih dahulu di siapkan, agar pelaksanaan
praktek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya sehingga pada saat
melakukan praktikum tidak terganggu, juga praktikum tidak digabung satu kelas
yang dapat mengganggu konsentrasi para praktikkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asep. 2000. Pengaruh
bobot dan indeks telur terhadap jenis kelamin ayam kampung. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kurnianto, E., S. Johari dan Y.
Fadliyah. 2010. Penampilan dan nilai
heritabilitas beberapa sifat kuantitatif pada ayam kedu. Universitas
Diponegoro, Semarang. Agronomi, Vol. 10 No. 1 Pebruari 2010, hal:65-69.
Nataamijaya,
A.G., A.R. dkk. 2003. Performans Dan
Karakteristik Tiga Galur Ayam Lokal (Pelung, Arab Dan Sentul).Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Puslitbangnak.Deptan.
Sudaryani, (2003).Kualitas Telur. Penebar Swadaya.
Jakarta. 1-11.
Suprijatna, E.
U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana, Hasbianto A (2008) Usaha Tani Ayam Buras di Indonesia:
Permasalahan dan Tantangan. Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 75-83.
Wardiny, T.M. 2002. Evaluasi hubungan antara indeks bentuk telur dengan persentase telur
yang menetas pada ayam kampung galur Arab. Jurnal Matematika, Sains dan
Teknologi Vol. 3 No. 2 September 2002.Hal.28-33.
Yuwanta,
T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.Yogyakarta.
Zainuddin, D., B. Gunawan, E. Juarini,
H. Resnawati dan S. Iskandar. 2005. Pengembangan
sistem pembibitan ”open nucleus” pada ayam Kampung unggul petelur. Buku II
Hasil-Hasil Penelitian Ternak Non Ruminansia. Hal 126-136.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar