Rabu, 10 Juni 2015

LAPORAN PEMULIAAN ( fertilitas TELUR AYAM KAMPUNG)

LAPORAN PRAKTIKUM
 ILMU PEMULIAAN TERNAK
(“Fertilitas, Daya tetas, dan Bobot tetas Telur Ayam kampung”)


OLEH
NAMA            : GORISMAN MATUALESI
NIM                 : L1A1 13 009
KELAS           : A
KELOMPOK : I ( Satu )
ASISTEN  P. : MELLY PRATIWI SETYAWATI

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras singkatan dari "ayam bukan ras" bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya, tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri. Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah (Suprijatna et al, 2005).
Telur ayam kampung merupakan salah satu bahan pangan yang sempurna, di samping murah, mudah didapat, lezat, serba guna untuk segala keperluan, kandungan gizinya juga lengkap. Kandungan gizi sebutir telur dengan berat 50 gram terdiri dari protein 6,3 gram, karbohidrat 0,6 gram, lemak 5 gram, vitamin dan mineral (Sudaryani, 2003 ).
Fertilitas telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari telur. Hal ini terutama untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang – buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur – telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.Telur tetas merupakan telur yang didapatkan dari induknya yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan tertentu. Telur tetas mempunyai struktur tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk perkembangan embrio sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat tergantung pada keadaan telur tetas dan penanganannya (Nuryati, et al., 1998).
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikumFertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung adalah untuk mengetahui fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung.

1.3. Manfaat
Manfaat yang bisa diambil dari pelaksanaan praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan daya Tetas Telur Ayam Kampung adalah dapat mengetahui fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung.













II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telur Ayam Kampung
Telur ayam yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu telur ayam kampung atau buras dan telur ayam ras. Kualitas telur dapat berbeda-beda tergantung pada cara penanganan induk dan produk telur di samping pengaruh faktor genetis. Kualitas telur terdiri dari dua bagian, yaitu dalam dan luar telur. Kualitas dalam telur antara lain kontaminasi tetes darah atau serabut daging serta warna kuning telur, kualitas luar telur antara lain ukuran dan bentuk, warna kerabang, permukaan dan ketebalan kerabang, serta porositas (Diwjanto dan Prijono, 2007).
2.2. Fertilitas Telur Ayam Kampung
            Fertilitas telur adalah kemampuan untuk melahirkan seekor ayam dari telur. Hal ini terutama untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan cuma buang – buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur – telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan. Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk ternak yang ditetaskan. Menurut Permana (2007)  nilai fertilitas dinyatakan dalam persen dengan cara perhitungan membandingkan antara jumlah telur fertile dengan jumlah telur yang menetas.
Fertilitas (%) =  jumlah telur fertil    100%
  Jumlah telur tetas

2.3. Daya Tetas Telur Ayam Kampung
Daya tetas merupakan salah satu indicator dari suatu usaha penetasan. Menurut Nort dan Bell (1990), daya tetas dapat dihitung dengan dua cara. Cara pertama, perhitungan daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang masuk kedalam mesin tetas. Cara kedua, perhitungan daya tetas dilakukan dengan persentase perbandingan jumlah telur yang menetas dari jumlah telur yang fertile dalam mesin tetas. Pada umumnya cara pertama sering digunakan oleh usaha peternakan komersil, sedangkan cara kedua biasanya digunakan untuk menghetahui viabilitas dalam telur tetas yang fertile dalam penelitian.
Daya tetas dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain factor genetic, fertilitas, lama dan suhu penyimpanan telur, suhu dan kelembapan mesin tetas, kebersihan telur, umur induk, nutrisi, penyakit serta keseragaman bentuk dan ukuran telur (North dan bell, 1990; Ensminger, 1992).
Menurut Permana (2007) pada hari ke-21 dilakukan perhitungan daya tetas dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Daya Tetas =  jumlah telur yang menetas    100%
           Jumlah telur yang fertile

2.4. Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Bobot tetas adalah bobot DOC setelah menatas yang bulu badannya telah kering dan sebelum diberi makan atau minum untuk pertama kalinya. Kaharudin (1989) Menyatakan bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi bobot tetas yaitu bobot telur tetas. Sudaryani dan Santoso (1994) dalam Permana (2007) menyatakan, bobot telur tetas merupakan faktor utama yang mempengaruhi bobot tetas, selanjutnya dikatakan bobot tetas yang normal adalah dua per tiga dari bobot telur dan apabila bobot tetas kurang dari hasil perhitungan tersebut maka proses penetasan bias dkatakan belum berhasil.Menurut Rasyraf (1984), seleksi telur tetas lebih dulu diutamakan pada bobot telur karena alan mempengaruhi bobot awal DOC, semakin berat telur tersebut maka DOC yang dihasilkan juga semakin berat.


III. METODE PERAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fertilitas, Bobot Tetas, dan Daya Tetas telur ayam kampung dilakukan pada tanggal 18-22 Mei 2015, pukul 04.00 WITA sampai selesai, bertempat dikandang ternak unggas Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo Kendari

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
Alat dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum pengamatan pada praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam Kampung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Kegunaan yang digunakan pada Praktikum fertilitas, bobot    tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung.
No.
         Alat
Kegunaan
1.
Senter
Untuk sumber cahaya saat melihat fertilitas telur
2.
Timbangan
Untuk menimbang berat telur
3.
Alat tulis        
Untuk menuliskan hasil pengamatan

3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan dan kegunaan yang di gunakan pada praktikum fertilitas, bobot    tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung. dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan Kegunaan yang Digunakan pada Praktikum fertilitas, bobot    tetas, dan daya tetas Telur Ayam Kampung.
No.
            Bahan
              Kegunaan
1.
Telur ayam kampung
Sebagai bahan pengamatan

3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung adalah sebagai berikut:
1.      Pada tahap pertama yaitu mempersiapkan alat dan bahan praktikum dengan lengkap.
2.      Melakukan pengamatan terhadap fertilitas telur dengan bantuan cahaya dengan menggunakan senter HP. Telur yang fertil ditandai dengan adanya pembuluh darah yang berwarna merah, sedangkan telur yang tidak fertiltidak terdapat pembuluh darah.
3.      Menghitung persentase fertilitas telur ayam kampung dengan menggunakan rumus :
Fertilitas = Jumlah telur fertil x 100%
 Jumlah telur yang ditetaskan
4.      Menghitung bobot tetas telur ayam kampung dengan menggunakan rumus :
Bobot Tetas = Bobot awal – bobot akhirx 100%
                                           Bobot awal
5.      Menghitung data tetas  telur ayam kampung dengan menggunakan rumus:
Daya Tetas = Jumlah telur yang menetas x 100%
Jumlah telur yang fertil
6.      Menulis hasil pengamatan praktikum.
7.      Membuat laporan praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Fertilitas Telur Ayam kampung.
           Hasil pengamatan fertilitas telur ayam kampung dituliskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Fertilitas Telur Ayam Kampung.
Telur Tetas
(n)
Telur fertil
(n)
Persentase
(%)
90
17
18.89

Berdasarkan pada Tabel 3 diatas bahwa diperoleh telur tetas 90 dan telur fertile 17 dengan persentase sebesar 18,89, dibandingkan dengan hasil penelitian Septiawan (2007), fertilitas telur ayam kampung yang ditetaskan secara alami yaitu 77.59%. Rendahnya fertilitas yang dihasilkan karena kurangnya pemberian pakan yang berkualitas pada ayam dan menyebabkan  menurunnya fertilitas. Sehingga sex ratio ayam  kampung berpengaruh terhadap fertilitas telur. Pada penelitian ini, sex ratio ayam kampung 1 : 10. Perbandingan  ini sesuai dengan pernyataan Kusmarahmat (1998), yakni untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi pada ayam kampung,  maka perbandingan jantan dan betina sebesar 1 :10 . Akan tetapi, fertilitas pada perlakuan pengeraman 10 hari dengan entok lebih rendah dibandingkan dengan pengeraman 7 hari.

4.2. Daya Tetas Telur Ayam Kampung
            Hasil pengamatan daya tetas telur ayam kampung dituliskan pada Tabel 4
Tabel 4. Daya Tetas Telur Ayam Kampung.
Telur Fertil
(n)
Telur Menetas
(n)
Persentase
(%)
17
9
52.94

Berdasarkan pada Tabel 4, diatas bahwa diperoleh telur fertile 17 dan telur menetas 9 dengan memiliki nilai persentase sebesar 52.94, dibandingkan dengan hasil penelitian Iriyanti, dkk. (2007) ; daya tetas telur ayamkampung yang ditetaskan secara alami yaitu 72,02%. System penetasan yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan daya tetas yang dihasilkan lebih tinggi akibat adanya system kombinasi antara system penetasan alami dan buatan.
4.3. Bobot Tetas Telur Ayam Kampung
Hasil pengamatan bobot tetas telur ayam kampung pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot tetas telur ayam kampung.
Telur Menetas
(No. Telur)
Bobot Telur
(g)
Bobot Tetas
(g)
Persentase
(%)
11
40
28
30
23
39
32
17.95
36
36
25
30.56
28
40
27
32.5
77
38
23
39.47
46
39
27
30.77
5
38
28
26.32
10
37
26
35.14
40
38
30
21.05
9
27.11
38.33
29.31 ± 6.69

            Berdasarkan  Tabel 5, terdapat telur menetas dengan jumlah sebanyak 9, bobot telur sebesar 27.11 g, bobot tetas 38.33 g, dan persentase sebesar 29.31 ± 6.69, dibandingkan dengan hasil penelitian Septiawan (2007), bobot tetas telur ayam kampung induk muda (26.22 g/ekor) yang ditetaskan dengan menggunakan umur induk yang berbeda pada persentase alami. Hal ini diduga karena umur ayam yang digunakan mempunyai umur yang berbeda, bobot telur, yang berbeda.



V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum fertilitas, bobot tetas, dan daya tetas telur ayam kampung yaitu : fertilitas telur ayam kampung diperoleh telur tetas 90, dan telur fertile 17 dengan persentase sebesar 18,89, daya tetas telur ayam kampung diperoleh telur fertile 17 dan telur menetas 9 dengan memiliki nilai persentase sebesar 52.94, dan bobot tetas telur ayam kampung diperoleh telur menetas dengan jumlah sebanyak 9, bobot telur sebesar 27.11 g, bobot tetas 38.33 g, dan persentase sebesar 29.31 ± 6.69 %.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini yaitu Sebaiknya alat dan bahan yang digunakan untuk praktek terlebih dahulu di siapkan, agar pelaksanaan praktek sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya sehingga pada saat melakukan praktikum tidak terganggu, juga praktikum tidak digabung satu kelas yang dapat mengganggu konsentrasi para praktikkan.







DAFTAR PUSTAKA

Asep. 2000. Pengaruh bobot dan indeks telur terhadap jenis kelamin ayam kampung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kurnianto, E., S. Johari dan Y. Fadliyah. 2010. Penampilan dan nilai heritabilitas beberapa sifat kuantitatif pada ayam kedu. Universitas Diponegoro, Semarang. Agronomi, Vol. 10 No. 1 Pebruari 2010, hal:65-69.
Nataamijaya, A.G., A.R. dkk. 2003. Performans Dan Karakteristik Tiga Galur Ayam Lokal (Pelung, Arab Dan Sentul).Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Puslitbangnak.Deptan.
Sudaryani, (2003).Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Jakarta. 1-11.
Suprijatna, E. U. 2005. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suryana, Hasbianto A (2008) Usaha Tani Ayam Buras di Indonesia: Permasalahan dan Tantangan. Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 75-83.
Wardiny, T.M. 2002. Evaluasi hubungan antara indeks bentuk telur dengan persentase telur yang menetas pada ayam kampung galur Arab. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi Vol. 3 No. 2 September 2002.Hal.28-33.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius.Yogyakarta.
Zainuddin, D., B. Gunawan, E. Juarini, H. Resnawati dan S. Iskandar. 2005. Pengembangan sistem pembibitan ”open nucleus” pada ayam Kampung unggul petelur. Buku II Hasil-Hasil Penelitian Ternak Non Ruminansia. Hal 126-136.
                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar