Rabu, 18 November 2015

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS “ Penggunaan Cahaya Pada Ayam Broiler “



Tugas Makalah

MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

“ Penggunaan Cahaya Pada Ayam Broiler “




OLEH :
KELOMPOK I

GORISMAN MATUALESI
L1A1 13 009


KELAS A




FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015



I. PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Cahaya merupakan aspek penting dari lingkungan hewan. Spesies burung serta spesies mamalia merespon sinar energi dalam berbagai cara, termasuk pertumbuhan dan kinerja reproduksi. Nilai mengatur fotoperiodik unggas dan ternak untuk merangsang reproduksi telah diakui selama bertahun-tahun dan digunakan secara teratur oleh unggas komersial dan petani ternak. Untuk ayam ada tiga fungsi utama dari cahaya: 1. untuk memudahkan penglihatan, 2. untuk merangsang siklus internal karena perubahan hari-panjang, dan 3. untuk memulai melepaskan hormon. Memberikan cahaya untuk ayam telah menjadi sedikit lebih kompleks selama 15 tahun terakhir dari sekedar memutar masuk bohlam dan menjentikkan di suatu saklar. Sekarang ada berbagai program pencahayaan dan perangkat yang tersedia untuk produsen unggas, masing-masing dengan karakteristik sendiri dan penerapan untuk pemeliharaan ayam. Namun, sebelum kita sampai ke detail, saya telah menemukan bahwa kebanyakan orang sedikit bingung tentang apa yang terang dan apa aspek itu adalah penting untuk pemeliharaan unggas. Karena itu saya ingin menguraikan ini hanya sedikit.
Ada berbagai pola yang dapat dilakukan dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Jika pola pemberian cahaya ini tidak dilakukan dengan benar, maka justru akan merugikan peternak. Oleh karena itu, sebelum peternak melakukan pengaturan pencahayaan dengan berbagai modifikasi, peternak harus mengetahui fungsi cahaya tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengaturan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi ayam.
Salah satu sumber bahan protein yang bermutu tinggi bagi rakyat Indonesia, mudah diperoleh dan terjangkau oleh kemampuan pendapatannya ialah telur dan dagingnya. Dalam rangka usaha menambah penyediaan protein hewani inilah pemerintan menganjurkan untuk meningkatkan lagi perkembangan peternakan ayam ras (unggul), seperti penyediaan bibit unggul, obat-obatan, melaksanakan pameran atau kontes ternak unggas secara nasional dan sebagainya.
Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. 
Ada berbagai pola yang dapat dilakukan dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Jika pola pemberian cahaya ini tidak dilakukan dengan benar, maka justru akan merugikan peternak. Oleh karena itu, sebelum peternak melakukan pengaturan pencahayaan dengan berbagai modifikasi, peternak harus mengetahui fungsi cahaya tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengaturan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi ayam.



B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditulis pada makalah ini yaitu bagaimana penggunaan cahaya pada ayam broiler.

C.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan mamfaat yang dapat diperoleh pada penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui penggunaan cahaya pada ayam broiler.








II. PEMBAHASAN

A. Cahaya Lampu pada ayam broiler
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin.
Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam broiler memerlukan ransangan cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari. 
1. Jarak dan distribusi lampu
Terkait jarak dan distribusi lampu di kandang ayam sebenarnya tidak ada ketentuan yang baku. Lampu dapat dipasang di tengah, atau di sisi kiri dan kanan, dengan jarak antar lampu dibuat sama. Sedangkan untuk jarak/ketinggiannya dari lantai, disarankan 2 meter.
2. Jenis lampu
              Pemilihan jenis lampu dalam pemeliharaan ayam petelur, sebaiknya disesuaikan dengan warna lampu yang dibutuhkan. Secara umum, ada 2 jenis lampu yang bisa digunakan untuk kandang ayam petelur di Indonesia, yaituincandescent lamps dan fluorescent lamps.
·         Incandescent lamps adalah lampu pijar berbentuk bohlam yang menghasilkan cahaya dengan menyalurkan arus listrik melalui filamen yang ada di dalamnya. Lampu jenis ini umumnya berwarna oranye-merah, meskipun ada pula yang berwarna biru-putih. Harganya yang murah menjadikan lampu jenis ini banyak digunakan peternak. Meski demikian, lampu ini termasuk boros energi listrik.
·         Fluorescent lamps atau yang biasa kita kenal dengan istilah lampu neon adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas neon dan lapisan fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Meski harganya lebih mahal, namun lampu jenis ini mampu menghasilkan cahaya per watt lebih tinggi daripada lampu bohlam biasa (incandescent lamps). Jika peternak ingin menggunakan lampu ini untuk menerangi kandang ayam produksi, sebaiknya pilih lampu neon yang memancarkan warna oranye-merah (bisa disesuaikan dengan spesifikasi yang tertera pada kemasan lampu).

B.  Faktor Pencahayaan Pada Pemeliharaan Ayam Broiler
Ayam merupakan hewan homeotermi dan memiliki kemampuan homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuh tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubahubah. Suhu tubuh ayam pedaging berada pada kisaran sempit yang digambarkan oleh batasan rendah atau tinggi ritme circadian di dalam tubuh. Batasan ritme circadian berkisar pada 40,5 ºC (rendah) dan 41,5 ºC (tinggi). Jahja (2000) dalam Andisuro (2011). menyatakan bahwa mekanisme homeostasis berjalan efisien dan normal pada kisaran wilayah suhu netral (thermoneutral zone atau comfort zone). Apabila suhu tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka nutrient yang ada di dalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk memproduksi panas tubuh (Bruzual et al., 2000) dalam Andisuro (2011). 
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari ( Sahari Banong, 2012).
Suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum ayam pedaging  berkisar antara 18-22 ºC dan antara 21-29 ºC (Charles, 2002) dalam Andisuro (2011). Untuk ayam broiler umur 3-6 minggu, lingkungan yang panas adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap penyebab stres pada ayam broiler. Stres panas pada ayam broiler dihasilkan oleh adanya interaksi antara suhu udara, kelembaban, sirkulasi panas serta kecepatan udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor yang utama (European Comission, 2000) dalam Andisuro (2011).
Suhu tubuh ayam akan meningkat 1-2 ºC pada lingkungan panas hingga  tubuh ayam dapat kembali beradaptasi (Oleyumi dan Robert, 1980) dalam Andisuro (2011). Peningkatan  suhu kandang dapat juga disebabkan oleh kepadatan yang tinggi (Jahja, 2000) dalam Andisuro (2011) dan laju kecepatan pertumbuhan (Bonnet et al. 1997) dalam Andisuro (2011). Ayam broiler mengalami seleksi intensif untuk pertumbuhan cepat dengan tingkat konsumsi pakan tinggi yang berimplikasi kepada peningkatan produksi panas tubuh dan peningkatan suhu tubuh Cahaya secara fisik merupakan energi berbentuk gelombang yang bergerak  lurus ke semua arah, tidak dapat membelok, dan dapat dipantulkan. Cahaya yang paling banyak digunakan dalam kandang tertutup untuk produksi ayam broiler bersumber dari lampu pijar (Andisuro, 2011).
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan, reproduksi, dan  tingkah laku. Cahaya mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan pencernaan (Olanrewaju et al., 2006) dalam Nasty (2010).
Andisuro (2011) menyatakan bahwa mekanisme proses fisiologis rangsangan cahaya diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan dan selanjutnya secara kimiawi melalui rangsangan hormonal dan mempengaruhi organ-organ tubuh. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan ke hiphofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali dari hiphofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin. Hormon pengendali tersebut terdiri atas hormon stimulasi tiroid yang meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur pertumbuhan dengan mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan protein. Hormon pertumbuhan penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek lainnya dari metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh unggas (Card dan Nesheim, 1972) dalam Andisuro (2011).
Intensitas cahaya dapat dinyatakan dalam satuan lux (lx) atau lumen/m2 ,footcandle (fc), lumen (lm), dan W/m2. Lampu pijar dengan daya 1 Watt menghasilkan intensitas cahaya sebesar 12,56 lm. Intensitas cahaya yang diberikan pada ayam broiler menurut rekomendasi Renden et al. (1996) adalah 20 lux hingga ayam broiler berumur tujuh hari dan berikutnya adalah 5,0 lux hingga berumur 49 hari. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan kepadatan kandang (Saputro, 2007) dalam Andisuro (2011).
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal anak ayam berumur
antara satu sampai tujuh hari menggunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang  diberikan secara terus menerus. Pemberian cahaya seperti ini bertujuan untuk  memastikan anak ayam dapat beadaptasi dengan baik terhadap lingkungannya serta meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi kelainan pada cacat kaki. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam broiler. Intensitas cahaya yang lebih rendah dapat menurunkan aktivitas ayam untuk berjalan dan berdiri, mengurangi tingkah laku berkelahi antar sesama ayam, serta menurunkan aktivitas mengepakkan sayap dan kanibalisme. Intensitas cahaya yang sangat rendah (< 5 lux) akan menyebabkan kebutaan pada ayam (Olanrewaju et al., 2006) dalam Andisuro (2011).
C.  Pengaruh Lama Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler
Cahaya sangat diperlukan oleh ayam broiler terutama pada umur tujuh hari pertama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah total lama pencahayaan bukan merupakan aspek yang penting dalam pengaturan cahaya bagi ayam broiler. Ayam broiler tidak melakukan aktivitas pada Periode gelap (tanpa cahaya) dan memberi kesempatan kepada ayam broiler untuk mencerna makanan secara sempurna (Classen, 1989) dalam Rustam (2012).
Pemberian cahaya pada ayam broiler yang umum dilakukan peternak adalah secara terus-menerus (continous lighting) selama 24 jam dengan intensitas yang semakin menurun pada fase akhir (Classen, 1989). Pencahayaan terus-menerus akan meningkatkan waktu untuk makan, meningkatkan pertambahan bobot badan, dan meningkatkan pembentukan bulu, tetapi menyebabkan terjadinya gangguan ritme harian (diurnal), kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al., 2002) dalam (Andisuro, 2011) yang mengakibatkan kesulitan pergerakan ayam broiler untuk mendapatkan pakan dan air minum (Wong-Valle et al., 1993) dalam Andisuro (2011).
Ayam broiler yang tetap berada pada posisi ritme harian, mampu mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan istirahat secara normal (Olanrewaju et al., 2006) dalam Andisuro (2011). Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting) akan mengurangi stres pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan cahaya secara terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang mengalami stres (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000) dalam Andisuro (2011).
Pemberian lama pencahayaan selama 16 jam dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004) dalam Andisuro (2011). Pemberian cahaya yang terus menerus selama 24 jam akan meningkatkan tingkah laku makan dan minum serta aktivitas lainnya. Ayam broiler adalah makhluk diurnal yang apabila menerima rangsangan cahaya pada malam hari akan memberikan kesempatan ayam broiler untuk makan dan minum Andisuro (2011).
III. PENUTUP



A.  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian cahaya secara putus – putus lebih baik dari pada pemberian cahaya secara terus menerus terhadap produktivitas ayam broiler karena dapat menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, peningkatan bobot badan dan peningkatan kesehatan kaki.

B.  Saran
Adapun saran penulis adalah sebaiknya pembaca menyampaikan kepada peternak ayam broiler agar memberikan sistem pencahayaan secara putus – putus dalam tata laksana pemeliharaannya sehingga produktivitas ayam dapat meningkat.














DAFTAR PUSTAKA


Andisuro, R. 2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Nasty, F. 2010. Hubungan Cahaya Terhadap Produktivitas Ternak. http://fauzynasty.blogspot.com/2010/10/hubungan-cahaya-terhadap-produktifitas.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015.

Rustam, A.  2012. Pengaruh Cahaya Dalam Pemeliharaan Ayam Broiler. http://catatanpeternak.blogspot.com/2012/10/makalah-pengaruh-cahaya-terhadap.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015

Sahari Banong. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press. Makassar.

Sulistiyo. 2011. Tata Laksana Pemeliharaan Peternakan Ayam Broiler. http://broilerku.blogspot.com/2011_10_01_archive.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar