PENGARUH PEMBERIAN UBI HUTAN ( Dioscorea
Hispida Dennst ) DAN TEPUNG DAUN SALAM ( Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG PEDAGING UMUR 1 –
60 HARI

OLEH :
GORISMAN MATUALESI
L1A1 13 009
KELAS A
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
Permasalahan
Ransum merupakan campuran dari beberapa
bahan ransum yang mengandung beberapa nutrient dengan cara tertentu untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi unggas yang mengkomsumsinya. Kualitas bahan ransum
yang baik harus ada keseimbangan antara protein, energi, vitamin, mineral, dan
air. Keterbatasan yang dimiliki pelaku usaha peternakan terhadap sumber daya
yang dimiliki dalam memenuhi kebutuhan ransum menjadi sangat penting untuk
dioptimalkan dengan menggunakan pakan lokal dalam pemanfaatan ransum ternak. Bahan
pakan lokal dapat digunakan untuk pembuatan pakan ayam kampung ini diantaranya
ubi hutan dan daun salam. Pemanfaatan suatu bahan pakan perlu mempertimbangkan
jumlah ketersediaan, kandungan gizi, harga dan kemungkinan adanya faktor
pembatas seperti zat anti nutrisi atau racun dalam bahan tersebut. Dengan
adanya pakan local ini peternak dapat menghemat biaya pakan dan ternak bisa
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditulis pada
penelitian ini yaitu apakah dengan pemberian Ubi Hutan (Dioscorea hispida Dennst.) dan Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.) dalam ransum dapat mempengaruhi performans ayam kampung
pedaging umur 1 – 60 hari ?
Tujuan Penelitian
Tujuan
dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah dengan pemberian Ubi
Hutan (Dioscorea hispida
Dennst.) dan Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.) dalam ransum dapat berpengaruh pada performans ayam kampung
pedaging umur 1 – 60 hari.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Ayam Kampung
Ayam kampung merupakan salah satu jenis
ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok
nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing.
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam
ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas
di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan,
pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula
beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam
buras singkatan dari "ayam bukan ras" bagi ayam kampung yang telah
diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya, tidak sekadar
diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri. Peternakan ayam buras mempunyai
peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya
relatif lebih mudah (Suprijatna et al, 2005).
B. Ransum Ayam
Ransum
merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai
jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan
kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya, ransum
dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash,
pelet, dan crumble (Alamsyah, 2005).
1.
Ransum bentuk mash, adalah bentuk ransum paling sederhana yang merupakan campuran
serbuk (tepung) dan granula berbagai jenis bahan baku pakan.
2.
Ransum bentuk pelet, adalah bentuk
ransum yang berasal dari berbagai bahan pakan dengan perbandingan komposisi
yang diolah dengan menggunakan mesin pelet (pelletizer)
dengan tujuan mengurangi loss nutrisi
dan dalam bentuk utuh.
3.
Ransum bentuk crumble, adalah ransum bentuk pelet yang pecah menjadi 2 atau 3 bagian
dengan tujuan agar bisa dimakan oleh ternak.
Kebutuhan nutrisi ayam pedaging
membutuhkan unsur-unsur protein, energi, vitamin, mineral, air, dan unsur
lainnya. Semua unsur gizi itu saling terkait satu sama lain dan saling
mempengaruhi. Kebutuhan unsur gizi ada batasnya. Batas ini berkisar pada nilai
minimum dan maksimum, bila melampaui batas akan terjadi kelainan pada anak
ayam.
Bahan baku pakan merupakan unsur penting
(esensial) untuk diperhatikan dalam penyusunan formulasi ransum karena hasilnya
akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Ransum yang dibuat harus
terkomposisi atau terbuat dari bahan yang mempunyai kandungan nutrisi yang
lengkap.
Kandungan
nutrisi itu meliputi protein, lemak, serat kasar, mineral, energi yang
diperlukan dan lainnya. Penggunaan bahan pakan atau komposisinya dilakukan
sedemikian rupa guna memperoleh hasil yang maksimal seperti:
1.
Laju pertumbuhan karkas.
2.
Laju produksi telur.
3.
Ketahanan terhadap penyakit.
4.
Ketahanan terhadap kondisi lingkungan.
5.
Palatabilitas, dan 6. Tingkat
kecernaan yang baik.
Pengolahan bahan pakan dalam jumlah cukup besar,
perlu diperhatikan informasi tentang keberadaan bahan baku yang digunakan.
Bahan baku pakan yang digunakan hendaknya memenuhi beberapa persyaratan berupa:
1.
Mengandung nilai nutrisi tinggi.
2.
Mudah diperoleh.
3.
Mudah diolah.
4.
Tidak mengandung racun (anti nutrisi).
5.
Harga murah dan terjangkau.
6.
Diusahakan bukan bahan makanan pokok
manusia, dan
7.
Butirannya halus atau bisa dihaluskan.
C. Ubi Hutan (Dioscorea hispida Dennst.)
Ubi
hutan berbatang merambat dan memanjat, panjangnya mencapai 5–20 m. Arah
rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari
atas). Ciri khas ini penting untuk membedakannya dari gembili (D. aculeata) yang memiliki penampilan
mirip namun batangnya berputar ke kanan. Batangnya kurus ramping, setebal 0,5–1
cm, ditumbuhi duri atau tidak, hijau keabu-abuan. Daun-daunnya terletak
berseling, dengan tiga anak daun menjari, bentuk bundar telur atau bundar telur
sungsang, tipis seperti kertas. Bunga jantan terkumpul dalam tandan di ketiak
daun, bunga betina majemuk berbentuk bulir (Anonim, 2011).
Menurut
Nurbaya, peneliti gizi dari Politekes Mamuju, Sulawesi Barat, dibanding beras
atau singkong, nilai gizi ubi hutan sebenarnya lebih rendah tetapi
kandungan serat dan kalsium tinggi. Total energi sikapa 100 Kal, karbohidrat
23,5 gr, protein 0.9 gr dan lemak 0,3.
“Kandungan
energi memang sedikit, lebih rendah dibandingkan singkong. Namun kandungan
serat jauh lebih tinggi 2,1 gr, dibandingkan singkong hanya 0,9 dan beras
0,2. Kandungan serat tinggi inilah yang memperlambat penyerapan gula dalam
darah. Sangat baik untuk penderita diabetes mellitus.”
Sikapa juga mengandung kalsium
sangat tinggi yaitu 79 mg. Kalsium ini untuk kesehatan tulang dan gigi terutama
pada masa pertumbuhan.
Ubi hutan
mengandung karbohidrat, lemak, serat kasar, dan abu lebih rendah dibandingkan
dengan ketela pohon. Kandungan air dan protein ubi hutan lebih tinggi
dibandingkan ketela pohon. Ubi hutan mengandung fosfor sebanyak 0,09%, kalsium
(CaO) 0,07% dan besi 0,003%. Komposisi kimia umbi hutan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ubi Hutan (Fajriyati, 2012)
Komponen
|
Komposisi (%)
|
Air
Karbohidrat
Lemak
Protein
Serat kasar
Kadar abu
Diosgenin
Dioscorin
|
78
18
0,16
1,81
0,93
0,69
0,20-0,70(db)
0,044(db)
|
Umbi
gadung mengandung alkaloid dioscorin (C13H19O2N)
yang bersifat racun dan dioscorin yang tidak beracun. Alkaloid juga dijumpai
pada dioscorea lainnya. Disamping itu umbi gadung juga mengandung sejumlah
saponin yang sebagian besar berupa
dioscin yang bersifat racun. Efek
keracunan gadung mula-mula terasa tidak enak dikerongkongan, pening, kemudian
muntah darah, terasa tercekik dan kepayahan (Deptan, 2012). Walaupun beracun
ubi gadung juga bisa digunakan sebagai obat-obatan seperti obat kusta, penurun
panas, mengurangi nyeri dan kencing manis inilah beberapa manfaat ubi gadung
(Putra, 2011).
D. Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp.)
Daun salam
yang memiliki nama latin Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
adalah salah satu tanaman herbal yang memilki kemampuan untuk menyembuhkan
penyakit diare (Sangat et al., 2000). Minyak atsiri, triterpenoid,
saponin, fl avonoid, dan tanin adalah beberapa senyawa yang terkandung dalam
daun salam (Davidson & Branen, 1993) yang memiliki kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri patogen, seperti Salmonella sp., Bacillus
cereus, B. Subtilis, Staphylococcus aureus, E. coli dan Pseudomonas fl
uorescens (Setiawan, 2002). Daun salam mempunyai efek yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab diare (Sangat et al.,
2000; Setiawaty, 2003).
Hermana et
al. (2008) menyatakan bahwa tepung daun salam mempunyai bahan kering
sebesar 95,02%m abu 4,86%, lemak kasar 4,53%, protein kasar 1,28%, serat kasar
20,39%, kalsium 1,13%, fosfor 0,71%, saponin 95,27 ppm dan tanin total 7,62%.
Pemberian tepung daun salam hingga taraf 3% pada ayam broiler yang diinfeksi
dengan bakteri E. coli cenderung menekan jumlah koloni bakteri E.
coli dalam ekskreta. Hal ini berarti bahwa kandungan daun salam seperti
minyak atsiri, tanin, flavonoid dan saponin berfungsi sebagai antibakteri,
sehingga semakin tinggi penggunaan daun salam dalam ransum akan menghasilkan
daya hambat bakteri yang lebih tinggi (Hermana et al., 2008).
Kerangka
Pikir
Ransum
merupakan pakan jadi yang siap diberikan pada ternak yang disusun dari berbagai
jenis bahan pakan yang sudah dihitung (dikalkulasi) sebelumnya berdasarkan
kebutuhan nutrisi dan energi yang diperlukan. Berdasarkan bentuknya.
Ubi hutan
memiliki kandungan energi memang sedikit, lebih rendah dibandingkan singkong.
Namun kandungan serat jauh lebih tinggi 2,1 gr, dibandingkan singkong hanya 0,9
dan beras 0,2. Kandungan serat tinggi inilah yang memperlambat penyerapan
gula dalam darah. Sangat baik untuk penderita diabetes mellitus.”Ubi hutan juga
mengandung kalsium sangat tinggi yaitu 79 mg. Kalsium ini untuk kesehatan
tulang dan gigi terutama pada masa pertumbuhan.
Tepung daun
salam mempunyai bahan kering sebesar 95,02%m abu 4,86%, lemak kasar 4,53%,
protein kasar 1,28%, serat kasar 20,39%, kalsium 1,13%, fosfor 0,71%, saponin
95,27 ppm dan tanin total 7,62%. Pemberian tepung daun salam hingga taraf 3%
pada ayam broiler yang diinfeksi dengan bakteri E. coli cenderung
menekan jumlah koloni bakteri E. coli dalam ekskreta. Hal ini berarti
bahwa kandungan daun salam seperti minyak atsiri, tanin, flavonoid dan saponin
berfungsi sebagai antibakteri, sehingga semakin tinggi penggunaan daun salam
dalam ransum akan menghasilkan daya hambat bakteri yang lebih tinggi.
Dengan
menggunakan pakan local pada unggas, peternak dapat menghemat biaya untuk
pembelian pakan dengan meramu sendiri dengan menggunakan ubi hutan dan daun
salam jika penelitian ini sudah terpecahkan kandungan nutrisi apa yang penting
untuk pertumbuhan ayam kampung pedaging maka peternak tidak akan susah lagi
dalam pemberian pakan, karena pakan ubi hutan dan daun salam ini tersedia
melimpah di berbagai daerah di Indonesia
Hipotesis
Dengan pemberian Ubi Hutan (Dioscorea
hispida Dennst.) dan Tepung
Daun Salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp.) dalam ransum
sangat berpengaruh nyata terhadap performans ayam kampung pedaging umur 1 – 60
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Kehutanan, 2012, Umbi-Umbian (Gadung), http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/
infotek/gadung.pdf,
Diakses pada tanggal 15 September, 2015.
Putra,
A., 2011, Manfaat dan Bahaya Ubi Gadung,
http://www.emingko.com/2011/06/manfaat-dan-bahaya-ubi-gadung.html, Diakses pada tanggal 15 september
2015.
Safithri, M., Bintang, M., &
Poeloengan, M. 2011. Antibacterial Activity of Garlic Extract Against some
Pathogenic Animal Bacteria. Med. Pet. 34: 155-158.
Setiaji, D. & Sudarman, A. 2005.
Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica less.) sebagai Obat Antistres
pada Ayam Broiler. Med. Pet. 28: 46-51.
Sudarman, A., Sumiati & Solikhah, S.
H. 2011. Performance and Meat Cholestrol Content of Broiler Chickens Fed Pluchea
indica L. Leaf meal Reared under Stress Condition. Med. Pet. 34 : 64-68.
Taena,
J., 2011, Warga Kota Waingapu, NTT Makan Ubi Hutan, http://m.tribunnews.com/
2011/08/17/warga-kota-waingapu-ntt-makan-ubi-hutan, Diakses pada tanggal 15 September
2015.
Wiryawan, K. G., Suharti, S. &
Bintang, M. 2005. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang Putih terhadap Salmonella
typhimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performans dan Respon
Imun Ayam Pedaging. Med. Pet. 22 : 52-62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar