Tugas
Makalah
MANAJEMEN
TERNAK UNGGAS
“
Penggunaan Cahaya Pada Ayam Broiler “

OLEH
:
KELOMPOK
I
GORISMAN
MATUALESI
L1A1
13 009
KELAS
A
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Cahaya merupakan aspek penting dari lingkungan
hewan. Spesies burung serta spesies mamalia merespon sinar energi dalam
berbagai cara, termasuk pertumbuhan dan kinerja reproduksi. Nilai mengatur
fotoperiodik unggas dan ternak untuk merangsang reproduksi telah diakui selama
bertahun-tahun dan digunakan secara teratur oleh unggas komersial dan petani
ternak. Untuk ayam ada tiga fungsi utama dari cahaya: 1. untuk memudahkan
penglihatan, 2. untuk merangsang siklus internal karena perubahan hari-panjang,
dan 3. untuk memulai melepaskan hormon. Memberikan cahaya untuk ayam telah
menjadi sedikit lebih kompleks selama 15 tahun terakhir dari sekedar memutar
masuk bohlam dan menjentikkan di suatu saklar. Sekarang ada berbagai program
pencahayaan dan perangkat yang tersedia untuk produsen unggas, masing-masing
dengan karakteristik sendiri dan penerapan untuk pemeliharaan ayam. Namun,
sebelum kita sampai ke detail, saya telah menemukan bahwa kebanyakan orang
sedikit bingung tentang apa yang terang dan apa aspek itu adalah penting untuk
pemeliharaan unggas. Karena itu saya ingin menguraikan ini hanya sedikit.
Ada berbagai pola yang dapat dilakukan dalam pemberian
cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Jika pola pemberian cahaya ini
tidak dilakukan dengan benar, maka justru akan merugikan peternak. Oleh karena
itu, sebelum peternak melakukan pengaturan pencahayaan dengan berbagai
modifikasi, peternak harus mengetahui fungsi cahaya tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengaturan berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan
lingkungan dan kondisi ayam.
Salah satu sumber bahan protein yang bermutu tinggi bagi
rakyat Indonesia, mudah diperoleh dan terjangkau oleh kemampuan pendapatannya
ialah telur dan dagingnya. Dalam rangka usaha menambah penyediaan protein
hewani inilah pemerintan menganjurkan untuk meningkatkan lagi perkembangan
peternakan ayam ras (unggul), seperti penyediaan bibit unggul, obat-obatan,
melaksanakan pameran atau kontes ternak unggas secara nasional dan sebagainya.
Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural
atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses
reproduksinya pada suatu lingkungan.
Ada berbagai pola yang dapat dilakukan
dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Jika pola pemberian
cahaya ini tidak dilakukan dengan benar, maka justru akan merugikan peternak.
Oleh karena itu, sebelum peternak melakukan pengaturan pencahayaan dengan
berbagai modifikasi, peternak harus mengetahui fungsi cahaya tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengaturan berbagai modifikasi yang disesuaikan
dengan lingkungan dan kondisi ayam.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang dapat ditulis pada makalah ini yaitu
bagaimana penggunaan cahaya pada ayam broiler.
C. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dan mamfaat yang dapat diperoleh pada penulisan
makalah ini yaitu untuk mengetahui penggunaan cahaya pada ayam broiler.
II. PEMBAHASAN
A.
Cahaya Lampu pada ayam broiler
Cahaya (Light) mengandung energi
proton yang dapat diubah menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk
berbagai proses fisiologis tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak
terlalu melibatkan respon cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa
reseptor cahaya yang terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk
mengubah energi foton menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh
sistem endokrin untuk berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan
karakteristik sekunder kelamin.
Untuk
dapat berproduksi dengan baik, ayam broiler memerlukan ransangan cahaya yang
cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan ransangan cahaya
selama 14-16 jam/hari.
1. Jarak dan distribusi lampu
Terkait jarak
dan distribusi lampu di kandang ayam sebenarnya tidak ada ketentuan yang baku.
Lampu dapat dipasang di tengah, atau di sisi kiri dan kanan, dengan jarak antar
lampu dibuat sama. Sedangkan untuk jarak/ketinggiannya dari lantai, disarankan
2 meter.
2. Jenis lampu
Pemilihan jenis lampu dalam
pemeliharaan ayam petelur, sebaiknya disesuaikan dengan warna lampu yang
dibutuhkan. Secara umum, ada 2 jenis lampu yang bisa digunakan untuk kandang
ayam petelur di Indonesia, yaituincandescent lamps dan fluorescent
lamps.
·
Incandescent lamps adalah lampu pijar
berbentuk bohlam yang menghasilkan cahaya dengan menyalurkan arus listrik
melalui filamen yang ada di dalamnya. Lampu jenis ini umumnya berwarna
oranye-merah, meskipun ada pula yang berwarna biru-putih. Harganya yang murah
menjadikan lampu jenis ini banyak digunakan peternak. Meski demikian, lampu ini
termasuk boros energi listrik.
·
Fluorescent lamps atau yang biasa kita
kenal dengan istilah lampu neon adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas neon
dan lapisan fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus
listrik. Meski harganya lebih mahal, namun lampu jenis ini mampu menghasilkan
cahaya per watt lebih tinggi daripada lampu bohlam biasa (incandescent lamps).
Jika peternak ingin menggunakan lampu ini untuk menerangi kandang ayam produksi,
sebaiknya pilih lampu neon yang memancarkan warna oranye-merah (bisa
disesuaikan dengan spesifikasi yang tertera pada kemasan lampu).
B. Faktor
Pencahayaan Pada Pemeliharaan Ayam Broiler
Ayam
merupakan hewan homeotermi dan memiliki kemampuan homeostasis untuk
mempertahankan suhu tubuh tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubahubah.
Suhu tubuh ayam pedaging berada pada kisaran sempit yang digambarkan oleh
batasan rendah atau tinggi ritme circadian di dalam tubuh. Batasan ritme
circadian berkisar pada 40,5 ºC (rendah) dan 41,5 ºC (tinggi). Jahja (2000)
dalam Andisuro (2011). menyatakan bahwa mekanisme homeostasis berjalan efisien
dan normal pada kisaran wilayah suhu netral (thermoneutral zone atau comfort
zone). Apabila suhu tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan,
maka nutrient yang ada di dalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam
broiler untuk memproduksi panas tubuh (Bruzual et al., 2000) dalam Andisuro
(2011).
Cahaya (Light) mengandung energi proton yang dapat diubah
menjadi ransangan biologis yang diperlakukan untuk berbagai proses fisiologis
tubuh.Pada unggas, respon terhadap cahaya tidak terlalu melibatkan respon
cahaya yang terdapat pada mata.Dapat dibuktikan bahwa reseptor cahaya yang
terdapat pada hipotalamus lebih banyak digunakan untuk mengubah energi foton
menjadi implus syaraf, yang kemudian diteruskan oleh sistem endokrin untuk
berbagai keperluan seperti reproduksi perilaku dan karakteristik sekunder
kelamin. Untuk dapat berproduksi dengan baik, ayam petelur memerlukan ransangan
cahaya yang cukup lama dan intensitas. Pada daerah temperate diperlukan
ransangan cahaya selama 14-16 jam/hari ( Sahari Banong, 2012).
Suhu nyaman untuk mencapai pertumbuhan optimum ayam
pedaging berkisar antara 18-22 ºC dan
antara 21-29 ºC (Charles, 2002) dalam Andisuro (2011). Untuk ayam broiler umur
3-6 minggu, lingkungan yang panas adalah salah satu faktor yang paling
berpengaruh terhadap penyebab stres pada ayam broiler. Stres panas pada ayam
broiler dihasilkan oleh adanya interaksi antara suhu udara, kelembaban,
sirkulasi panas serta kecepatan udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor
yang utama (European Comission, 2000) dalam Andisuro (2011).
Suhu tubuh ayam akan meningkat 1-2 ºC pada lingkungan panas
hingga tubuh ayam dapat kembali
beradaptasi (Oleyumi dan Robert, 1980) dalam Andisuro (2011). Peningkatan suhu kandang dapat juga disebabkan oleh
kepadatan yang tinggi (Jahja, 2000) dalam Andisuro (2011) dan laju kecepatan
pertumbuhan (Bonnet et al. 1997) dalam Andisuro (2011). Ayam broiler mengalami
seleksi intensif untuk pertumbuhan cepat dengan tingkat konsumsi pakan tinggi
yang berimplikasi kepada peningkatan produksi panas tubuh dan peningkatan suhu
tubuh Cahaya secara fisik merupakan energi berbentuk gelombang yang bergerak lurus ke semua arah, tidak dapat membelok,
dan dapat dipantulkan. Cahaya yang paling banyak digunakan dalam kandang
tertutup untuk produksi ayam broiler bersumber dari lampu pijar (Andisuro,
2011).
Cahaya berfungsi dalam proses penglihatan. Cahaya merangsang
pola sekresi beberapa hormon yang mengontrol pertumbuhan, pendewasaan,
reproduksi, dan tingkah laku. Cahaya
mengatur ritme harian dan beberapa fungsi penting di dalam tubuh seperti suhu
tubuh dan beragam tahapan metabolisme yang terkait dengan pemberian pakan dan
pencernaan (Olanrewaju et al., 2006) dalam Nasty (2010).
Andisuro (2011) menyatakan bahwa mekanisme proses fisiologis
rangsangan cahaya diawali dengan rangsangan mekanis pada syaraf penglihatan dan
selanjutnya secara kimiawi melalui rangsangan hormonal dan mempengaruhi
organ-organ tubuh. Cahaya yang mengenai mata ayam akan diterima oleh reseptor
pada mata ayam, merangsang syaraf mata dan kemudian rangsangan ini diteruskan
ke hiphofisa. Hasil kerja selanjutnya menyebabkan pengeluaran hormon pengendali
dari hiphofisa anterior yang berfungsi mengatur pengeluaran kelenjar endokrin.
Hormon pengendali tersebut terdiri atas hormon stimulasi tiroid yang
meningkatkan stimulasi tiroid dan hormon somatotropik yang berfungsi mengatur
pertumbuhan dengan mengendalikan metabolisme asam amino dalam pembentukan
protein. Hormon pertumbuhan penting dalam pengendalian pertumbuhan dan aspek
lainnya dari metabolisme lemak, karbohidrat dan protein dalam tubuh unggas
(Card dan Nesheim, 1972) dalam Andisuro (2011).
Intensitas cahaya dapat dinyatakan dalam satuan lux (lx)
atau lumen/m2 ,footcandle (fc), lumen (lm), dan W/m2. Lampu pijar dengan daya 1
Watt menghasilkan intensitas cahaya sebesar 12,56 lm. Intensitas cahaya yang
diberikan pada ayam broiler menurut rekomendasi Renden et al. (1996) adalah 20
lux hingga ayam broiler berumur tujuh hari dan berikutnya adalah 5,0 lux hingga
berumur 49 hari. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh luas dan kepadatan kandang
(Saputro, 2007) dalam Andisuro (2011).
Program pencahayaan pada tahap pertumbuhan awal anak ayam
berumur
antara
satu sampai tujuh hari menggunakan intensitas cahaya minimum 20 lux yang diberikan secara terus menerus. Pemberian
cahaya seperti ini bertujuan untuk
memastikan anak ayam dapat beadaptasi dengan baik terhadap lingkungannya
serta meningkatkan aktivitas sehingga mengurangi kelainan pada cacat kaki.
Intensitas cahaya dapat mempengaruhi tingkah laku ayam broiler. Intensitas
cahaya yang lebih rendah dapat menurunkan aktivitas ayam untuk berjalan dan
berdiri, mengurangi tingkah laku berkelahi antar sesama ayam, serta menurunkan
aktivitas mengepakkan sayap dan kanibalisme. Intensitas cahaya yang sangat
rendah (< 5 lux) akan menyebabkan kebutaan pada ayam (Olanrewaju et al.,
2006) dalam Andisuro (2011).
C. Pengaruh
Lama Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler
Cahaya
sangat diperlukan oleh ayam broiler terutama pada umur tujuh hari pertama.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah total lama pencahayaan bukan
merupakan aspek yang penting dalam pengaturan cahaya bagi ayam broiler. Ayam
broiler tidak melakukan aktivitas pada Periode gelap (tanpa cahaya) dan memberi
kesempatan kepada ayam broiler untuk mencerna makanan secara sempurna (Classen,
1989) dalam Rustam (2012).
Pemberian cahaya pada ayam broiler yang umum dilakukan
peternak adalah secara terus-menerus (continous lighting) selama 24 jam dengan
intensitas yang semakin menurun pada fase akhir (Classen, 1989). Pencahayaan
terus-menerus akan meningkatkan waktu untuk makan, meningkatkan pertambahan
bobot badan, dan meningkatkan pembentukan bulu, tetapi menyebabkan terjadinya
gangguan ritme harian (diurnal), kelainan kaki dan tulang (Sanotra et al.,
2002) dalam (Andisuro, 2011) yang mengakibatkan kesulitan pergerakan ayam
broiler untuk mendapatkan pakan dan air minum (Wong-Valle et al., 1993) dalam
Andisuro (2011).
Ayam broiler yang tetap berada pada posisi ritme harian,
mampu mengatur pola tingkah laku seperti makan, tidur, bergerak dan istirahat
secara normal (Olanrewaju et al., 2006) dalam Andisuro (2011). Pencahayaan
secara bergantian (intermitten lighting) akan mengurangi stres pada ayam
broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan cahaya secara
terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma kortikosteron. Plasma
kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang mengalami stres
(Puvadolpirod dan Thaxton, 2000) dalam Andisuro (2011).
Pemberian lama pencahayaan selama 16 jam dapat menurunkan
stres fisiologis, peningkatan respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang,
peningkatan aktivitas total, dan peningkatan kesehatan kaki (Classen et al.,
2004) dalam Andisuro (2011). Pemberian cahaya yang terus menerus selama 24 jam
akan meningkatkan tingkah laku makan dan minum serta aktivitas lainnya. Ayam
broiler adalah makhluk diurnal yang apabila menerima rangsangan cahaya pada
malam hari akan memberikan kesempatan ayam broiler untuk makan dan minum
Andisuro (2011).
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dari makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian cahaya
secara putus – putus lebih baik dari pada pemberian cahaya secara terus menerus
terhadap produktivitas ayam broiler karena dapat menurunkan stres fisiologis,
peningkatan respon kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan
aktivitas total, peningkatan bobot badan dan peningkatan kesehatan kaki.
B. Saran
Adapun
saran penulis adalah sebaiknya pembaca menyampaikan kepada peternak ayam
broiler agar memberikan sistem pencahayaan secara putus – putus dalam tata
laksana pemeliharaannya sehingga produktivitas ayam dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Andisuro,
R. 2011. Ayam Broiler. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Nasty, F.
2010. Hubungan Cahaya Terhadap Produktivitas Ternak. http://fauzynasty.blogspot.com/2010/10/hubungan-cahaya-terhadap-produktifitas.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2015.
Rustam,
A. 2012. Pengaruh Cahaya Dalam
Pemeliharaan Ayam Broiler.
http://catatanpeternak.blogspot.com/2012/10/makalah-pengaruh-cahaya-terhadap.html.
Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015
Sahari
Banong. 2012. Manajemen Industri Ayam Ras Petelur. Masagena Press.
Makassar.
Sulistiyo.
2011. Tata Laksana Pemeliharaan Peternakan Ayam Broiler. http://broilerku.blogspot.com/2011_10_01_archive.html. Diakses pada tanggal 11 Oktober
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar