Tugas
Makalah
MANAJEMEN
PENGGEMUKAN
“Bahan
Pakan Sumber Protein Pada Sapi “

OLEH
:
GORISMAN
MATUALESI
L1A1
13 009
KELAS
A
KELOMPOK
1
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan
merupakan komponen biaya tertinggi dalam usaha peternakan yang dikelola secara
intensif. Ketersediaan komponen penyusun pakan (terutama pakan konsentrat) yang
terbatas dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan, baik oleh manusia maupun
ternak, menyebabkan Indonesia harus mengimpor bahan pakan dari negara lain.
harga bahan pakan yang diproduksi di dalam negeri tidak terlalu jauh berbeda,
sehingga pengusaha dan atau Bulog begitu mudahnya melakukan impor dengan alasan
untuk memenuhi kebutuhan dengan jaminan kualitas dan kuantitas. Hal ini
menyebabkan pengusaha pakan ternak dan mungkin juga pemerintah tidak terlalu
memberikan perhatian dalam peningkatan produksi bahan pakan dalam negeri maupun
meningkatkan penggunaan bahan pakan alternatif yang belum lazim digunakan. Bahan
pakan lokal selalu dikaitkan dengan harga yang murah.
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan
dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
memakannya. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan
pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan
produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari
pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak
tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak
harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup.
Pakan ternak, salah satu hal paling penting bagi
para usahawan dan orang-orang yang bekerja di bidang peternakan. Pakan ternak
sendiri merupakan makanan khusus untuk hewan ternak peliharaan kita seperti,
ayam, sapi, kambing, ikan, dll. Bagi para usahawan ternak, pakan sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan hewan ternak kita, dengan komposisi pakan
yang tepat tentunya akan membuat produksi peternakan kita jadi lebih baik dan
maksimal hasilnya
Akan
tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan suatu bahan
pakan, seperti jumlah ketersediaan, kandungan gizi, harga, kemungkinan adanya
faktor pembatas seperti zat racun atau zat anti nutrisi serta perlu tidaknya
bahan tersebut diolah sebelum dapat digunakan sebagai pakan ternak. Jumlah
bahan yang tersedia di suatu daerah perlu diketahui untuk menentukan kelayakan
ekonomi dalam penggunaan bahan tersebut. Informasi ini sangat perlu dalam
perencanaan (formulasi pakan, volume produksi, dan biaya produksi) usaha
peternakan. Dengan sentuhan teknologi akan sangat membantu mengoptimalkan
pemanfaatan limbah pertanian dan produk samping industri pertanian sebagai
sumber pakan alternatif.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang
dapat ditulis pada makalah ini adalah
a. Apakah pengertian dari bahan pakan
sumber protein?
b. Bahan pakan apa saja yang mengandung
sumber protein nabati serta batasannya?
c. Bahan pakan apa saja yang mengandung
sumber protein hewani serta batasannya?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat yang
dapat ditulis pada makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui pengertian dari
bahan pakan sumber protein.
b. Untuk mengetahui bahan pakan yang mengandung
sumber protein nabati serta batasanya.
c. Untuk mengetahui bahan pakan yang mengandung
sumber protein hewani serta batasanya.
II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Pakan Sumber Protein
Bahan
baku sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung protein tinggi. Bahan
tersebut bisa berasal dari hewan ( hewani ) dan tumbuhan ( nabati ). Bahan
pakan sumber protein tersebut misalkan bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil
kacang tanah, tepung biji karet,tepung ikan, tepung udang, dan tepung daging.
Protein sebagai zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena selain
berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun
dan pengatur (Winarno,1991).
Penggunaan protein pada
bahan pakan akan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga memerlukan beberapa
pertimbangan dalam pemberiannya untuk pakan ternak ruminansia. Protein
merupakan zat makanan yang kritis, terutama untuk ternak yang berumur muda,
ternak yang tumbuh cepat, dan ternak dewasa sperti sapi perah yang sedang
berproduksi tinggi. Penggunaan protein secara optimal harus tercakup dalam
sistem pemberian makanan yang praktis karena sumber protein umumnya lebih mahal
dibandingkan harga bahan pakan sumber energi, dan pemborosan pemakaiannya
meningkatkan biaya produksi ternak.
Pakan
ternak berkualitas harus mengandung protein dalam jumlah cukup karena protein
memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan maupun perkembangan ternak
sapi. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran dan fungsi protein
pada ternak sapi.
- Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak, terutama untuk sapi tua atau lanjut usia.
- Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh, terutama untuk pedet maupun sapi muda.
- Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama untuk sapi-sapi dewasa produktif.
- Protein akan diubah menjadi energi, terutama untuk sapi-sapi pekerja.
Sapi
muda fase pertumbuhan membutuhkan asupan protein lebih tinggi daripada
sapi-sapi dewasa. Protein merupakan zat yang tidak bisa dibentuk atau
diproduksi dalam tubuh, sehingga untuk mencukupi kebutuhan protein, binatang
ternak harus mendapatkan suplai protein dari makanan. Oleh karena itu,
pemberian pakan ternak harus memiliki kandungan protein dalam jumlah cukup bagi
petumbuhan dan perkembangan sapi.
Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya
sapi harus menyertakan protein tersebut saat memberiakn pakan. Beberapa sumber
protein untuk membantu menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi
diantaranya adalah:
- Pakan hijauan, terutama memanfaatkan tumbuhan berasal dari famili leguminosae atau kacang-kacangan, seperti Centrosema pubescens, daun turi, lamtoro, daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, dll.
- Makanan tambahan, terutama berfungsi sebagai makanan penguat, seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging, dll.
Perlu
diketahui bahwa, pemenuhan kebutuhan protein berasal dari protein hewani
memiliki kualitas lebih unggul dibanding dengan pemberian protein berasal dari
protein nabati. Protein hewani mengandung asam amino esensial serta nilai gizi
lebih kompleks. Bahan makanan yang memiliki kandungan protein bermutu tinggi
adalah bahan makanan berkandungan protein mendekati susunan protein tubuh,
misalnya protein hewani. Kelebihan lain dari protein hewani ialah protein
tersebut lebih mudah diproses menjadi jaringan tubuh dengan resiko kerugian
lebih kecil dibandingkan dengan protein nabati.
Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti
sapi, tidak begitu memerlukan kualitas protein bermutu tinggi karena di dalam
rumen maupun usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang
terkandung didalamnya. Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah untuk membangun
kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein berkandungan asam
amino lengkap. Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan
jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak terkandung pada
jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan berkandunganprotein,
lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan ternak berupa jerami
mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna serta hanya sedikit
sekali mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.
2.2. Bahan Pakan yang Mengandung
Sumber Protein Nabati Serta Batasannya
Beberapa
bahan komersil sumber protein yang cukup penting dan merupakan protein tumbuhan
( nabati ) dan Protein asal hewani.
2.2.1.
Bungkil Kelapa
Bahan pakan ini merupakan hasil sisa
pengolahan minyak kelapa. Daging kelapa yang dikeringkan sampai kandungan
airnya dibawah 6% disebut kopra. Setelah kopra diambil minyaknya, maka bahan
yang tersisa disebut bungkil kelapa. Tergantung dari cara pengambilan minyak,
ada dua jenis bungkil kelapa. Yang pertama dihasilkan dari proses pengambilan
minyak secara ekstraksi dengan zat pelarut, hasilnya disebut extracted coconut
oil.
Yang kedua dihasilkan dari proses pengambilan minyak secara
ekstraksi dengan dipres, hasilnya disebut expeller coconut oil. Penyimpanan
bungkil kelapa dalam suhu tinggi akan mempercepat proses ketengikan. Oleh
karena itu harus diyakinkan bahwa bungkil kelapa yang akan digunakan dalam
ransum ayam tidak dalam keadaan tengik, karena dapat menyebabkan diare. Bungkil
kelapa dapat digunakan dalam ransum untuk ayam semua umur.


2.2.2. Kacang kedelai dan Bungkil
Kedelai
Kacang kedelai utuh dapat juga
digunakan sebagai bahan baku pakan ternak karena ketersediaannya di dalam
negeri cukup memadai. Kecenderungan pasar dunia yang semakin membutuhkan
bungkil kedelai telah menaikkan harganya, sehingga saat ini harga bungkil
kedelai lebih mahal daripada kacang kedelai utuh.
Akhir-akhir ini telah ada suatu usaha untuk tetap
mempertahankan kandungan minyak dalam biji kedelai. Kendala pemanfaatan kacang
kedelai adalah kandungan racun alami yang terdapat di dalamnya. Racun alami
tersebut berupa zat anti tripsin, yaitu zat yang dapat menghambat kerja enzim
tripsin dalam menyintesis protein, sehingga akan menyebabkan pertumbuhan ayam
terhambat. Meskipun demikian, racun tersebut dapat dihilangkan melalui proses
pemanasan.
Bahan ini mengandung protein sekitar 37 - 38%, sama dengan
protein biji kedelai tetapi karena minyaknya tidak diambil, maka kandungan
energinya lebih tinggi dari pada bungkil, yaitu sekitar 3300 – 3.510 kkal/kg;
lemak 17,9%; serat kasar 5,7%. Karena bahan pakan sudah tidak lagi mengandung
tripsin inhibitor maka pemakaian dalam ransum tidak terbatas.
Bungkil kedelai
merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7%
dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar
rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin rendah. Penggunaan bungkil
kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%. Walaupun dalam
penggunaannya sangat dominan, akan tetapi memiliki zat anti nutrisi yang ada
pada Kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan
terhadap panas, oleh karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu.
Selain mengandung protein, kedelai juga mengandung zat besi, kalsium, vitamin A
dan vitamin B1. Protein kedelai merupakan satu-satunya leguminosa yang
mengandung semua asam amino esensial. Asam amino tersebut tidak dapat
disintesis oleh tubuh, jadi harus dikonsumsi dari luar. Meskipun kadar
minyaknya sekitar 18%, tetapi ternyata kadar lemak jenuhnya rendah dan bebas
terhadap kolesterol serta rendah nilai kalorinya.
Bungkil kedelai tergolong bahan pakan yang mengandung protein
tinggi. Kandungan nutrisinya 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN;
44% PK .Bungkil kedelai yang baik biasanya berwarna krem dan teksturnya kasar.
Bahan baku bungkil kedelai sering digunakan sebagai pakan ternak, karena
disukai ternak unggas dan protein serta energinya sangat tinggi. Kadar asam
amino essensial (lisin) sangat menonjol bila secara terpadu digunakan bersama
bahan baku jagung.


2.2.3. Bungkil kacang tanah
Bungkil kacang tanah mengandung asam
amino methionin dan lisin yang rendah. Penggunaannya dalam pakan ayam tidak
terbatas. Bungkil kacang tanah sangat mudah berjamur. Toxin yang sering
terdapat dalam bungkil kacang tanah, yaitu aflatoxin yang dihasilkan oleh jamur
Aspergillus flavus. Toxin ini dapat menyebabkan ayam kehilangan nafsu makan
sehingga menurunkan laju pertumbuhan. Oleh karena itu bungkil kacang tanah yang
berjamur sebaiknya tidak digunakan dalam pakan ayam.
Kandungan energi metabolismenya sebesar 2.210 kkal/kg dan protein
kasarnya 24 – 47%. Kendala pemakaian bahan baku ini adalah ketersediaannya
mengandalkan impor. Selain itu, kandungan serat kasar yang cukup tinggi
membatasi penggunaannya. Dua kendala ini masih ditambah lagi dengan sedikitnya
kandungan asam amino esensial. Jika lokasi peternakan di dekat pabrik minyak
kacang tanah, kendala ketersediaan dapat diatasi dengan memanfaatkan limbah
atau bungkilnya. Kelebihan bungkil kacang tanah ini adalah meningkatkan
palatabilitas. Ternak unggas menyukai aroma bahan baku ini.


Tanaman karet merupakan tanaman asli brazil yang mempunyai
nama latin Hevea Brasilienis. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu
(monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga
betina dan bunga jantan. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan
sendiri dan penyerbukan silang. Pohon karet umumnya mulai berbunga pada umur
sekitar tujuh tahun tetapi dapat dirangsang menjadi kurang dari lima tahun.
Proses pemasakan buah berlangsung selama 5 – 6 bulan, sedangkan musim bijinya
serlangsung sekitar 1,5 bulan. Berdasarkan proses pembuahannya biji karet
dibedakan menjadi 3 golongan yaitu; biji legitim, biji prope legitim dan biji
illegitim. (Cecep Haris Nurhidayat, 2009).
Biji karet mengandung protein dan energi metabolis yang
tinggi sehingga penggunaan tepung biji karet dalam ransum bertujuan sebagai
sumber energi dan sumber protein yang dapat diberikan pada unggas terutama ayam
kampung. Berdasarkan kandungan gizinya, biji karet mengandung protein kasar
17,08 %, lemak kasar 25,23 %, serat kasar 17,58 % dan energi metabolis 2707,53
kkal/kg (Sutrisna,1997). Biji karet juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan ternak dengan membuat tepung biji karet (Hevea brasiliensis Muel Arg).

2.2.5. Bungkil Biji Kapuk
Bungkil biji kapuk merupakan bahan pakan yang kurang disukai
oleh ternak ruminansia, namun demikian konsumsinya tidak berbeda nyata jika
dibandingkan dengan bungkil kedelai atau bungkil kelapa. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena bungkil biji kapuk tidak bisa berperan sebagai perangsang bau
yang baik karena baunya tidak tajam. Selain itu rasanya yang hampir tidak
terasa, disamping bentuk fisiknya agak keras dibandingkan dedak, bungkil kelapa
dan bungkil kedelai. Oleh karena itu untuk pemberiannya pada ternak ruminansia
sebaiknya dikombinasikan dengan bahan lain yang lebih merangsang bau dan
rasanya (Ariani, 1981).
Bungkil biji kapuk mengandung serat kasar yang tinggi
sehingga jarang digunakan sebagai pakan ternak non ruminan-sia. Jika bungkil
biji kapuk tersebut digunakan sebagai pakan ternak ruminansia hambatannya
adalah palatabilitasnya rendah dan terdapatnya senyawa beracun asam lemak siklo
propenoat. Kandungan zat racun dari bungkil biji kapuk sangat tergantung dari
cara pengolahan biji kapuk menjadi minyak. Asam siklopropenoat dapat
berakumulasi dalam jaringan lemak ternak dan akan terbawa sebagai makanan
manusia. Berdasarkan hasil penelitian Ayuningsih (2007),


2.3. Bahan Pakan yang Mengandung
Sumber Protein Hewani Serta Batasannya
Beberapa
bahan komersil sumber protein yang cukup penting dan merupakan protein hewan (
hewani ) berasal dari tepung ikan, tepung daging, tepung udang. Secara garis
besar dijelaskan oleh Church (1984). 1. Memiliki kandungan kalsium dan pospor
yang lebih tinggi, terutama yang mengandung tulang. 2. Memiliki kandungan
vitamin B kompleks yang tinggi. 3. Kandungan asam amino, terutama methionine
dan sistine cukup baik.
2.3.1.
Tepung Ikan
Potensi
bahan pakan ini cukup besar, namun sampai saat ini belum banyak yang
dimanfaatkan, terbukti hingga saat ini tepung ikan yang digunakan untuk
penyusunan ransum ternak di Indonesia masih import, misalnya dari Brazil,
Jepang dan Thailand. Kualitas tepung ikan dipengaruhi oleh materi (jenis dan
bagian tubuh ikan), proses pengolahan (pengeringan atau penghilangan lemak),
dan penyimpanan. Kadar air yang tinggi akan memudahkan proses pembusukan oleh
mikroba, sedangkan kadar lemak yang tinggi akan mudah tengik dalam
penyimpananya. Pada proses pengolahan ikan yang kaya lemak untuk dibuat tepung,
biasanya harus dimasak misalnya dengan penguapan atau pengukusan, selanjutnya
diperas untuk mengeluarkan lemanknya dan akhirnya digiling.

2.3.2.
Tepung Daging
Produk
bahan pakan ini terutama diperoleh dari tempat pemotongan ternak, dimana karkas
dipotong-potong menurut cara setempat untuk dijual. Tepung daging memiliki
kandungan protein dan zat makanan lainnya yang berbeda-beda karena prosesing
dan materialnya. Penting untuk diperhatikan bahwa pada umunya tepung daging
defisien triptopan, sehingga bahan pakan ini kurang baik jika dicampurkan
dengan jagung, karena jagung juga defisien asam amino triptopan.

2.3.3. Tepung Udang
Bahan
pakan ini masih jarang digunakan untuk ransum ternak, ketersediaanya masih
sedikit. Produk ini sebagian besar terdiri dari kulit badan dan kepala.
Kandungan protein kasar tepung udang adalah 47,95% . Beberapa bahan pakan lain
yang dapat digunakan sebagai sumber protein hewan, diantaranya adalah tepung
darah, produk dari susu, sisa usaha ternak unggas, dan protein sel tunggal.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan.


2.3.3. Tepung Bulu
Bulu ayam mengandung
protein kasar sekitar 80-91 % dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein
kasar bungkil kedelai 42,5 % dan tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003).
Namun, kandungan
protein kasar yang tinggi tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang
tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik bulu ayam secara in
vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai kecernaan yang rendah
disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang digolongkan ke
dalam protein serat. Keratin merupakan protein yang kaya asam amino bersulfur,
dan sistin. Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino sistin
menyebabkan protein bulu sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme rumen maupun
enzim proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen. Keratin dapat dipecah
melalui reaksi kimia dan enzim sehingga pada akhirnya dapat dicerna oleh
tripsin dan pepsin di dalam saluran pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam
akan dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah
terlebih dahulu untuk meningkatkan kecernaannya. Tepung Bulu Terolah/
Terhidrolisa sebagai bahan pakan harus melalui suatu proses pengolahan terlebih
dahulu dan hasilnya inilah yang dinamakan tepung bulu terolah sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal hewan yang potensial untuk
mengurangi harga ransum yang berasal dari pemanfaatan limbah.
Keunggulan penggunaan
tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia adalah tepung mengandung protein yang
tahan terhadap perombakan oleh mikroorganisme rumen (rumenund egradable
protein/RUP), tetapi mampu diurai secara enzimatis pada saluran pencernaan
pasca rumen. Nilai RUP berkisar 53-88 %, sementara nilai kecernaan dalam rumen
hanya 12-46 %. Penggunaan tepung bulu ayam sebagai bahan pakan sumber protein
ternak ruminansia merupakan salah satu pilihan yang perlu mendapat
pertimbangan. Pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba rumen terutama bakteri
selulolitik membutuhkan asam lemak rantai cabang(BCFA). Bakteri selulolitik
menggunakan asam lemak rantai cabang sebagai kerangka karbon untuk sintesis
protein tubuhnya. Asam lemak rantai cabang yakni isobutirat, isovalerat dan 2-
metil butirat diperoleh dari protein pakan. Asam lemak rantai cabang ini adalah
hasil deaminasi dan dekarboksilasi dari asam amino rantai cabang (BCAA) yakni
leusin, isoleusin, dan valin. Bila kandungan asam amino rantai cabang pakan
rendah maka asam lemak rantai cabang merupakan faktor pembatas pertumbuhan
bakteri selulolitik.


III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat
ditulis pada pembuatan makalah ini adalah
Bahan baku sumber protein adalah bahan pakan
yang mengandung protein tinggi. Bahan tersebut bisa berasal dari hewan ( hewani
) dan tumbuhan (nabati). Bahan pakan sumber protein tersebut misalkan bungkil
kedelai, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, tepung biji karet, tepung udang,
dan tepung daging. Kacang kedelai yang sudah dihilangkan kulitnya, bungkil
kacang kedelai hasil ekstrasi solvent sering kali digunakan sebagai bahan
pakan. Proses penghilangan kulit menghasilkan kandungan protein tinggi dengan
serat kasar yang rendah. tepung kacang kedelai mengandung protein kasar 33%, Tepung
biji kapas mengandung protein kasar 41% (asfed), tetapi dapat juga ditemukan
yang mengandung protein kasar44 dan 48%. Tepung biji kapas cukup disukai oleh
ternak ruminan, tetapi unggas dan babi kurang menyukainya jemur), Kualitas
tepung ikan dipengaruhi oleh materi (jenis dan bagian tubuh ikan), proses
pengolahan (pengeringan atau penghilangan lemak), dan penyimpanan, Tepung
daging memiliki kandungan protein dan zat makanan lainnya yang berbeda-beda
karena prosesing dan materialnya, Bahan pakan ini masih jarang digunakan untuk
ransum ternak, ketersediaanya masih sedikit. Produk ini sebagian besar terdiri
dari kulit badan dan kepala. Kandungan protein kasar tepung udang adalah
47,95%.
DAFTAR
PUSTAKA
Buvanendran
V., And J.A. Siriwardene. 1977. Rubber Seed Meal In Poultry Diet.
Ceylon Vet. Xviii : 33.
Church, D.C. 1984. Liestock Feeds And Feeding. Second Edition. Published And
Distribute By O & B Books. Inc, Corvalis, Oregon. Hal 133-159
Nadaradjah M., A. Abeysinghe, W.C.
Dayaratne, And R. Tharma. 1973. The Potentialities Of Rubber Seed Collection
And Its Utiliztion In Srilanka.
Rrsilbuletin 8:9-21 Ong K.H., And S.W.
Yeong, 1977. Prosfect For The Use Of Rubber Seed Meal For Feeding Pigs And
Poultry. Feedinstuffs For Livestock In South East Asia. Pp.337-344
Parakkasi A, 1983. Ilmu Gizi Dan Makanan
Ternak. Cetakan Ke Satu. Penerbit Angkasa, Bandung.
Tidi Dhalika, 1984. Pengaruh Penggunaan
Bungkil Biji Karet Dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Petelur. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Toh K.S., And S.K. Chia, 1977.
Nutritional Value Of Rubber Seed Meal In Livestock. Feedingstuffs For Livestock
In South East Asia. Pp. 345-351
Siswonoputranto P.S., 1981. Perkembangan
Karet Internasional. Lembaga Penunjang Pembangunan (Leppenas)
Soetedjo, 1977. Karet. Penerbit Pt
Surungan, Jakarta. Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.